Senin, 29 Februari 2016

Pikiran beku

Kadang lupa.... kadang teringat.
Memang sekarang aku ingat.... tapi suatu saat aku bisa melupakannya... dan suatu saat pun akan teringat kembali.
Itu bukanlah keanehan pikiran. Itu normal kurasa....
Suatu saat aku teramat menyukai sesuatu... kemudian bosan.... lalu menyukai sesuatu yang lain... kemudian bosan lagi....
Mengingat masa lalu
Dan melupakannya
Pikiran membeku...
Mengingat tentang hal yang tak bisa aku ingat. Kenangan yang telah menguap dari kepalaku.
Saat aku terhanyut dalam gelapnya hatiku.... aku lupakan segala kebaikan... kehangatan... dan pengorbanan dari semua orang yang memberikan segenap perasaannya intukku. Terutama orang itu.
Perasaan yang membakar hati dengan menyakitkan adalah racun dalam diri. Racun yang diciptakan oleh diri sendiri untuk melindungi, malah berbalik meracuni.
Hati, pikiran, jiwa, dan raga semakin rusak.
Pemikiran yang merasa tak mau mengerti tentang semua keadaan adalah keegoisan sekaligus kebodohan besar.

Kamis, 25 Februari 2016

Sayap

Aku melihat dua orang dalam hari yang cerah. Semua nampak jelas terlihat. Di tempat yang disebut sebagai bangunan tua dengan menara yang tinggi. dai atas menara tersebutlah, aku melihat ke luar... dunia yang tak bisa aku raih. Karena entah sebab apa aku seakan terikat dengan tempat itu.
Mereka dua orang yang datang ke tempatku... membuat kerusakan yang parah. Mereka menghancurkan apapun. Apa yang mereka inginkan? Apa yang mereka cari? Aku berteriak dan tak ada yang menghiraukanku. Hingga...
Hingga....
Datanglah pria itu... seorang pria yang menjaga bangunan tua itu ataukah ada hal lain yang dia lindungi??
Aku tak yakin dengan apa yang aku pikirkan saat itu
Yang aku minta dari pria itu..
Sebuah ciuman
Dia bilang apakah aku yakin...
Jika benar aku yakin... dia akan melepaskanku...
Dan pria itu pun memberikan ciuman untukku...
Seketika itu muncul aura berbeda keluar dari punggungku. Aura yang menyelimutiku hingga ke atas. Aura kebebasan. Berubah menjadi nyata seperti sayap.
Aku tak merasakan apa - apa. Aku terjun dari atas menara. Berputar diantara tangga yang meliuk dari dasar menara.
Aku dengan kekuatan penuhku menghentikan pengrusakan dan kekejaman yang terjadi.
Bagaimana... pikirku... semua mengalir begitu saja
Dan hinga pada titik terakhir. Aku menatap wajahnya. Dia orang yang menjagaku.. telah memberikanku kebebasan.
Aku... masih dengan sayap ini...  terbang dihadapannya. Dia tersenyum dan membiarkan aku pergi melihat dunia.

Aku terbangun dari mimpi... dan sebelum ingatanku semakin memudar.. telah aku tuliskan apa yang menjadi cerita mimpiku malam tadi.
Aku berfikir dan berfikir. Aku memang menginginkan... sangat menginginkan sepasang sayap yang bisa membawaku melihat bersinarnya dunia. Tapi bukankah ini hanya mimpi.
Membuatku sadar bahwa aku. Akulah harta itu. Akulah sesuatu yang penting. Akulah yang selalu dilindungi selama ini. Akulah yang lebih berhaga dari apapun yang dimilikinya.

Aku menatap cahaya dari luar ruanganku... dan merenungkan semua... apakah aku cukup tangguh untuk keluar??

Rabu, 24 Februari 2016

Menyebutnya sebagai monster : tidak ada yang salah

Aku telah melihat jauh ke dalam diriku. Bahwa disana ku temukan... diriku
Pernahkah kamu???
Tidak ada yang benar
Tidak ada yang salah
Karena prinsip selalu benar
Semua dilihat dari mata, sudut pandang,  dan pemikiran yang berbeda.
Setiap yang memiliki prinsip akan mati matian meyakini pemikirannya.
Tidak akan ada yang mau disalahkan. Karena tak akan ada yang mau mengaku kalah. Bukannya mengaku jujur bahwa mengetahui kenyataan, tetapi malah mengelak marah untuk menutupi rasa malu jika tau itu salah. Upaya membenarkan diri dan pemikiran bukanlah ditujukan sebagai jalan melarikan diri... Namun itu adalah jalan... satu satunya jalan untuk melangkah maju. Maju ke masa depan dengan segenap pengetahuan yang dimiliki.
Meskipun dimata orang - orang ini salah... tapi demi diri sendiri... apapun itu pastilah benar. Itulah upaya yang bisa dilakukan dalam bertahan hidup di dunia yang kejam. Beberapa orang berpendapat... seperti itu. Untuk bertahan di dunia yang kejam... maka jadilah kejam.
Itu semua bukanlah kejahatan... tapi menganggap apapun adalah kebenaran jika untuk hidup.
Hingga banyak diantaranya tak terkendali.  Dan menjadi ... monster ... monster yang sebenarnya
Karena monster itu adalah bagian tergelap dalam diri... menunggu di sisi lain yang sedikit demi sedikit merasuk... dan mengambil alih. Penuh kegelapan... ketamakan... dan kemenangan diri sendiri
Jangan pernah sebut aku...
Moster...
Hanya monster yang tak memiliki pemikiran untuk menentukan benar atau salah. Aku yang buta tak mau melihat bahkan jika itu kenyataan... dan aku yang tuli akan suara suara berisik meskipun fakta bicara.
Aku hanya mencoba bertahan. Aku mencoba untuk mempertahankan prinsipku. Aku memang egois. Dan aku memilih itu.
Monster... aku bukan...
bukan iblis.... bukan malaikat...
Tak selamanya aku benar dan tak selamanya aku salah.
Itu fanatik.... gila dengan pemikiranku. Tak akan ada yang mengalah di dalam. Prinsip dari dalam atau tekanan dari luar. Hingga sikapku... apapun akan kulakukan... apapun itu... demi keyakinan... meski anggapan banyak orang tak benar.
Sebenarnya...
Bukankah itu yang disebut dengan cinta
Karena cinta....
Cinta pada prinsip, pada pemikiran, pada diri sendiri...
Hanya demi cinta apapun dilakukan... apapun dikorbankan untuk melindunginya.
Tapi bagaimana jika karena cinta aku mengalah... aku rela dan dengan senang hati menerima apapun pelajaran dari dunia...
Atau bagaimana jika aku membela prinsip dengan segenap jiwa saat yang aku tau itu cinta.. ternyata adalah dusta.
Tidak ada kesalahan yang selamanya salah
Tidak ada kebenaran yang selamanya benar
Semua akan ditunjukkan oleh masa...
Dan aku tunduk pada masa...
Karena aku... manusia

Selasa, 23 Februari 2016

Karunia dan kutukan bagian2

Karunia dan kutukan... sesuatu yang membuatku begitu resah
Aku merasa takut... aku merasa bingung...
Seperti pisau bermata dua. Seperti pertaruhan pada dadu yang dilempar.
Semua bisa menjadi kenyataan ataupun kebalikannya.
Semua itu datang begitu saja. Kadang bisa terjadi atas keinginanku juga, tapi ketika itu mengakibatkan hal buruk terjadi... aku bisa juga sedih.
Pandangan mata ini tak sekuat kemampuan pikiranku... tapi aku tak punya kekuatan dalam kontrol semuanya.
Aku tau semua akan memiliki resiko... saat aku bertaruh pada keinginanku... pikiranku pun menjadi buta seperti mataku.
Aku sudah melihat bukti bila terlalu dalam mengarungi jiwaku... tak hanya kenyataan, tapi pikiranku juga akan tenggelam.
Apakah aku kuat jika hal buruk akan terjadi. Meskipun awalnya aku mampu bertahan, tapi... aku masih bimbang... aku terlalu takut... dan tak sanggup mengetahui kenyataan yang akan terjadi. Aku hanya tak bisa memahami kebimbangan dan keraguan. Hingga satu hal yang aku takutkan... pembalasan atas ulahku.
Kini aku berada di tengah - tengah rasa bimbang. Rasanya tanggung jika aku masih berdiri di tempat yang sama. Rasa ingin tau ini apakah lebih besar dari kebimbangan?? Rasa takutku juga besar
Pernah sekali aku putuskan untuk melangkah sedikit lebih jauh. Akupun merasakan sedikit warna dunia itu, warna yang tak bisa dilihat oleh mata biasa. Tapi... setelah semua yang terjadi ... rasasnya aku tak sanggup melanjutkannya.
Aku menyadari tetang ini, dan aku tau bahwa orang itu juga tau. Jadi dia tak bilang apa - apa. Tapi... itu membuatku semakin sesak dengan pikiranku sendiri. Apakah dia tak tau kalau aku menyadari beban ini. Sialnya... tak semua orang tau, dan membuat pikiranku mengacau.
Hal yang seharusnya terjadi... tak mampu mendekati kenyataan bahkan untuk sejengkal.
Aku merasa tersiksa atas rasa ingin tauku...
Aku sudah tau tentang apa yang seharusnya dan tak seharusnya terjadi... tapi bayangan itu muncul begitu saja. Bayangan yang memiliki efek kebalikan. Jauh dari yang aku harapkan. Kontrol bisa saja aku lakukan, sayang itu tak selalu berhasil. Efek kebalikan akan selalu muncul. Memang bisa saja hal buruk tak akan terjadi... tapi konsekuensinya adalah aku kehilangan keinginanku sendiri. Harapanku selalu jauh dariku. Impianku tak akan bisa aku genggam.
Aku tak bisa seperti mereka yang memiliki pikiran dan mata yang tak terhalang... mereka yang yakin memiliki anugerah. Itu membuatku iri... bukankah seharusnya aku juga... meyakini bahwa itu adalah pemberian yang berharga dan tak lagi menyebutnya sebagai kutukan?
Sesuatu yang berada dalam diriku terkadang membuatku bertanya ... kenapa aku... aku yakin pasti karena aku lah yang bisa menanggung bebannya. Siksaan yang aku peroleh karena aku terkurung dalam penasaran, dijauhkan dari dunia yang ingin aku ketahui.
Jadi apakah aku harus melangkah atau tetap disini...

Minggu, 21 Februari 2016

Hujan

Aku tak pernah bilang tak menyukai hujan...
Aku tak pernah bilang membenci huan
Tapi... pernah satu waktu aku menyalahkan hujan
Saat hujan turun... tak henti hentinya di hari itu...
Aku mengingat semuanya. Saat itu... aku kira adalah hari dengan cuaca yang sangat bagus.
Matahari bersinar terang dengan angin yang bertiup menyejukkan. Aku sangat menyukai hari yang hangat.
Sayangnya aku terpedaya keinginan saja. Aku menghiraukan kelemahanku.
Aku tau bahwa aku lebih nyaman duduk menatap ombak dengan pasir yang panas.
Namun, aku memilih jalan lain. Jalan yang aku kira akan lebih dekat dengan matahari. Tak kusangka... tekanan akan lebih besar dari yang aku kira.
Membuat semua yang aku ingikan... tak seperti yang ku inginkan.
Seperti seharusnya... sudah bagai sesuatu yang tak bisa dihindari. Telah terjadi yang tak seharusnya... aku terlalu meremehkan. Memasang gantungan lonceng angin dan melepas penangkal cuaca buruk.
Aku tak waspada terhadap hal yang selalu aku ingat dan yang mereka peringatkan tentang hal buruk yang bisa saja terjadi... kapanpun.
Meski begitu... payung pun tak aku bawa...
Bukan menjadi penyesalan terhadap kemampuanku. Keinginanku yang selalu melawan takdir. Itu adalah pembelajaran bagiku...
Kabut membuatku tak bisa melihat. Seharusnya membuatku sadar untuk melihat tak hanya dengan mata. Seharusnya semua tak ku nilai dengan penilaian perasaan. Karena tak ada manusia yang tau pasti tentang ilmu iklim. Cuaca bisa saja berganti. Aku sempat mengira cuaca akan bagus sepanjang hari, hingga aku mengangankan terjadi banyak hal baik juga. Membuat semangat menyala nyala bagai api. Aku sangat senang.
Namun sayangnya... hujan telah memadamkan api semangat yang aku miliki. Menjadikan asap menyesakkan. Sulit bernafas... berfikir... melihat...
Seperti kehilangan kendali... membuat basah semua yang aku pakai.
Semua kacau karena dihianati cuaca hujan...
Tidak... tidak benar yang aku pikir. Aku menyalahkan hujan. Padahal... aku yang salah... aku yang bodoh.. aku selalu menyalahkan keadaan untuk menyenangkan diriku sendiri.
Hari itu.... saat hujan turun tiada henti
Akan selalu mengingatkanku.
Bahwa...
Meskipun matahari bersinar hangat...
Angin bisa saja berubah arah...

Sabtu, 20 Februari 2016

Di dalam diriku

Seseorang yang selalu ada untukku
Melindungiku dan mendengarkan apa yang aku katakan.
Memberikanku nasehat baik.
Entah bagaimana caranya dia menenangkan dan memberikan kenyamanan. Kedamaian dalam cahaya yang mengelilingi. Memberikan rasa hangat yang menyebar memberi kehidupan.
Matanya memberikan ku penglihatan. Sudut pandang berbeda dalam melihat peristiwa yang telah terjadi. Kenyataan pun tersingkap, hingga batas antara benar dan yang disebut sebagai dugaan, memudar. Beberapa diantaranya adalah kebenaran. Meski pandangan untuk masa depan adalah keterbalikan.
Telinganya telah membuka tabir. Memperdengarkan alunan nada yang menggetarkan. Memberikanku banyak pengertian dari suara pengetahuan.
Suaranya sampai pada hatiku. Memberikan pesan dan menyatukan semuanya ke dalam diri ini.
Kelamahanku yang membutakan jiwa hingga membakar perasaan, bisa lenyap dan terkubur jauh hanya dengan memejamkan mata.
Tiap nafas yang berhembus adalah ketenangan, menunjukkan satu harapan untuk terus merasuk ke dalam.
Pernah di suatu waktu saat aku berada pada titik terendah, membuka kotak tersembunyi di dalam hati. Pintu perasaan terdalam yang tertutup rapat. Aku memasuki alam di dalam diriku. Alam yang temaram, penuh nuansa petang. Yang muncul didalam hatiku adalah sosok yang tak pernah bisa aku bayangkan sebelumnya. Sosok yang tak begitu aku ingat seperti apa dirinya. Sosok yang sepertinya memancarkan sesuatu yang berbeda, dialah yang aku tau penjaga dan pelindungku. Dialah yang aku temui saat aku melarikan diri hingga ke tempat tersembunyi.
Memberikan ketenangan dari suara yang samar terdengar. Pengetahuan yang belum pernah diketahui sebelumnya. Nasehat yang membesarkan jiwa. Dan mengingatkan tentang hal baik dan buruk. Hal yang pernah didapatkan dan dilepaskan sebagai tanda berserah diri.
Nuansa gelap yang memberikan pencerahan.
Walaupun sampai sekarang aku tak pernah mengetahui apa yang aku tau itu adalah kebenaran atau bukan. Tapi ketenangan dari jawaban yang aku dapatkan mungkin sudah cukup untukku.
Dan setelah aku temukan jawaban dari pertanyaan dalam benakku. Akupun merasakan kembali gerakan jari jemari ku. Mengumpulkan kembali pikiran yang melayang layang saat hati bicara. Saat pemikiranku kembali dan berbagi dengan hati, menyatukan pembelajaran yang diperoleh.  Semua menjadi jelas terlihat. Dalam gelap itu, yang aku rasa adalah terangnya diriku dan mengingat tentang sosok bijak yang mengajariku.
Siapakah itu... yang ada di dalam diriku?
Dan.... saat aku membuka mata...
Hanya
Ada...
Aku...

Rabu, 17 Februari 2016

Kisah dari negeri rempah

Kisah tentang kekuasaan, perebutan tahta, cinta?? Tentu lebih dari itu.
Aku ingin membuat sebuah karya, cerita yang tak hanya tentang cinta dan kekuasaan.
Idenya adalah cerita dengan latar kolosal. Ya, tema kerajaan, puteri, pangeran, dan cinta sejati. Cerita tentang mimpi dan khayalan. Seperti kisah yang didambakan banyak orang.
Seperti tema umum yah? Tapi aku ingin memberikan sesuatu yang berbeda. Nilai lebih pada setiap cerita yang aku buat.
Memang cerita dengan tema seperti ini telah ditulis ribuan. Namun, aku meyakinkan diriku awal mulanya bahwa setiap cerita yang terlintas dalam benakku adalah sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang memiliki makna dan pembelajaran.

Karakter :

Putri Clove

Putri dari negeri Spice. Dia memiliki saudara angkat bernama ginger. Setelah kematian raja, dia melarikan diri setelah curiga bahwa ginger yang membunuh raja karena gila kekuasaan

Ginger
Panglima perang, dia tangguh, berani, sikapnya keras, dan tak kenal ampun.

Garlic
Pangeran dari negeri lemongrass. Garlic mencoba membantu putri untuk merebut kekuasaannya lagi. Namun, niat baik itu tentu saja tidak ada yang gratis.

Nutmeg
Sahabat putri dari kalangan biasa. Saat sang putri di luar istana dan menyamar jadi orang biasa, Nutmeg selalu menemaninya. Dia baik dan ramah.

Kisah ini dimulai dengan masa kanak - kanak putri raja dan seorang anak lelaki biasa yang diasuh dalam lingkungan kerajaan. Masa kecil mereka bagai persaudaraan yang tak bisa terpisahkan. Hingga masa berubah dan waktu berjalan dengan cepat.
Si bocah beruntung itu tumbuh menjadi pria yang berwibawa. Dialah sang panglima perang.
Putri kecil raja menjelma jadi sosok wanita yang anggun dan mempesona.
Sang panglima sangatlah keras hatinya. Dia kejam di medan perang dan arogan pada semua orang. Sang panglima menjadi lebih keras sikapnya terutama kepada sang putri.
Sang putri yang anggun di istana, menjadi wanita bebas di luar istana. Putri sering kabur dari istana dan menjadi rakyat biasa. Dia punya seorang sahabat di luar istana. Putri selalu merasa kuat, padahal sangat rapuh dan lemah. Itulah kenyataan yang diketahui panglima.
Dan keadaan berubah segalanya. Raja telah wafat. Sang putri kebingungang tentang semuanya, kesedihan mendalam melanda dirinya. Dalam kekalutan dan kekosongan kekuasaan. Sang panglima menawarkan pernikahan dengan dirinya. Tapi puteri bingung dan menolak karena menganggap panglima adalah saudaranya. Karena penolakannya, putri dikurung dalam ruangannya.
Kemudian berhembus kabar bahwa panglima berkhianat, karena ingin menguasai kerajaan, dia membunuh raja dan ingin menikahi putri. Membuat putri marah. Putri kabur dan mencari bantuan entah kemana.
Dalam perjalanannya, putri dibantu seorang sahabatnya dari luar istana menghadang rombongan kerajaan besar. Disana ada seorang pangeran yang sangat tampan dan berkharisma. Putri menceritakan segalanya dan pangeran bersedia membantunya.
Sang putri dan sahabatnya ikut pangeran kembali ke kerajaannya.
Di kerajaan sang pangeran mereka mengatur siasat, tentang penyerangan dan segalanya untuk membantu putri. Putri pun memberikan informasi yang dia ketahui tentang semuanya yang dia pelajari dari panglima. Namun, ternyata ada rencana lain yang tak pernah diketahui putri. Sahabatnya yang memendam curiga, mengetahui sedikit banyak tentang itu. Dan diapun ditahan.
Sementara sang putri dihasut bahwa sahabatnya juga seorang penghianat dan melarikan diri.
Hari itu pun tiba. Dan penyerangan merebut tahta untuk putri.
Semua begitu saja terjadi. Pertumpahan darah dalam perang yang tak seimbang dan banyak korban jiwa. Pasukan panglima kalah telak.
Hingga sang putri, pangeran dan semuanya sampai di aula istana. Berusaha menyerang sang panglima. Panglima diam saja saat pedang sang putri pada lehernya.
Pangeran duduk di tahta istana. Prajurit pangeran menangkap putri dan panglima. Pangeran menerangkan niat buruknya. Sang putri sadar bahwa dia telah terpedaya. Pangeran berusaha menguasai kerajaan putri. Berniat membunuh panglima dan putri, tapi sebelum itu semua terjadi, panglima menyudahi semua sandiwara dan berusaha mengalahkan pangeran bersama tentaranya. sahabat putri muncul,membantu panglima dan putri. Dia adalah seorang yang diminta secara khusus oleh panglima untuk bersama putri dalam pelariannya.panglima dengan gagahnya menghajar semuanya, meski berlumuran darah. Dia bilang bahwa apapun yang dilakukan hanyalah untuk melindungi putri.
Tidak bisakah putri mengerti. Meski sulit dipercaya, panglima yang selalu terlihat menyakiti putri, tapi itu semua hanya demi putri. Demi keselamatan putri.
Dan dilain kesempatan. Di malam yang indah putri bersama panglima. Putri ingin menjawab sekali lagi lamaran panglima, tapi sebelum itu dia menginginkan agar panglima menjelaskan semuanya.
Panglima bukanlah orang yang pandai bercerita. Tapi intinya adalah panglima tak pernah gila kekuasaan. Dia gila karena putri. Karena perasaan itu panglima memerlukan kekuasaan. Kekuasaan dan kekuatan untuk melindungi putri dan negerinya, apalagi setelah sang raja wafat. Karena dia bukanlah apa - apa selain orang luar.
Dan jawaban yang diberikan panglima, putri pun berkata bahwa... dia memang terlahir sebagai penerus raja, tapi panglima punya kemampuan untuk menjaga kerajaan... dan hanya panglima juga lah yang bisa melindungi putri.
putri mengatakan bahwa panglima bukanlah orang luar. Panglima seperti kakak yang selalu ada untuk putri.
Putri memeluk panglima dan bicara bahwa dia mencintai saudaranya. Dan panglima bilang
"Bukankah sudah kubilang aku bukanlah saudaramu"
Aku tau.
Begitukah...
Panglima mencium putri.
Dan cerita berakhir.
Akhir cerita yang bahagia... bukankah itu yang diinginkan semua orang.
Aku memang sebenarnya punya alternatif akhir cerita yang lain. Akhir cerita yang begitu sedih dan dramatis. Akhir paling tak membahagiakan hanya karena putri telah salah sangka tanpa bukti. Hanya karena putri termakan hasutan dari kabar yang tak benar. Tentu saja, aku tak akan membuat cerita ini berakhir menyedihkan... tak akan aku biarkan kisah ini selesai dengan menyisakan kepedihan.

Minggu, 14 Februari 2016

Keinginan hatinya...

Dia seorang yang baik....
Dia menerima semua keadaan...
Tapi dia memiliki harapan...
Keinginan dari dalam hatinya
Keinginan yang tak pernah diungkapkannya.

Aku tak akan melupakannya, begitu juga orang orang yang bersahabat dengannya.
Aku tau harapannya akan terwujud dengan segera.
Dia akan mendapatkan tujuan pertamanya... dia akan menapaki jalan dengan segala yang dimilikinya atas rasa bangga.
Dengan tangannya meraih tujuannya.
Dengan kekuatannya... dia akan menjaga semua yang ada di sekitarnya.
Dengan kesetiaan pada keyakinannya... dipilih menjadi sandingan paling tepat.

Seseorang yang memutuskan memilihnya... berjalan bersama.
Seseorang yang menggenggam tangannya... selalu saling menguatkan dan mempercayai.

Meski banyak kesulitan, tapi pada akhirnya akan selalu mampu dihadapi. Menjadikannya semakin kuat saat bersama.
Meraih segalanya... manapaki waktu dan menurunkan segala pengetahuan untuk para penerusnya...
Seperti itulah ilmu... ditangannya akan semakin berkembang.

Dia itu tak pernah pasrah dalam hidupnya. Meski waktu digunakan untuk dia sendiri. Itu lah upaya yang bisa dia lakukan. Dia tak pernah menyerah. Aku tau itu, dalam hatinya dia menyimpan semangat membara. Hanya saja tak pernah keluar sempurna. Aku akan menantikan saat dia mengeluarkan semua perasaannya saat apa yang didamba ada tepat dihadapan matanya.

Aku menganggap dia luar biasa...
Mampu melakukan apa saja, tak hanya demi dirinya dan seseorang disampingnya. Dia berusaha... selalu berusaha....
Hingga akhirnya dia meraih keinginannya.

Ya... dia mengagumkan. Aku berharap seseorang itu melihatnya lebih dari apa yang aku lihat pada dirinya. Dirinya yang bahkan belum pernah aku ketahui.
Seseorang itu lah yang pada akhirnya membuat dia mengerti... apa tujuan hidupnya selama ini. Alasan kenapa dia ada di dunia.

Dia tak pernah sekalipun menghianati orang lain... dan apa yang dia dapat dari itu semua... dia tak pernah dihianati oleh seseorang yang dipercayainya.

Aku tau telah banyak kesedihan dan tekanan yang telah terjadi padanya. Dia yang telah cukup berjalan sendirian. Tapi dia tak pernah khawatir karena sekarang dia bahagia dengan apa yang dimilikinya. Memang orang lain memiliki lebih banyak. Tapi dia memiliki sesuatu yang paling berharga... kepercayaan dari seseorang.

Dia punya banyak kasih untuk semua orang dengan senyum hangatnya. Tapi untuk beberapa hal dia berbeda. Aku memaklumi sikapnya yang kaku dan dingin. Dia sebenarnya tak ingin itu. Tapi hatinya yang beku dan keras kepalanya hanya untuk melindungi kelemahannya.
Dia punya ketakutannya sendiri, dia punya sedih dan marahnya yang disimpan rapat. Aku tau dia takut.
Dia menyembunyikan dirinya. Karena hanya satu orang yang bisa melihat dia... dia yang sebenarnya. Dan satu orang itu yang mampumembuatnya kuat juga.

Aku jadi merasasa sedikit iri dengannya. Karena dia mendapat cinta dan kepercayaan dari seseorang. Dia tak lagi sendiri dan merasa sepi. Dia telah mengukir takdir.. dia telah merangkai ikatan.
Aku iri dengannya... karena dia kuat... dan dengan keteguhan hatinya dia memperoleh semua harapan baiknya. Bahagianya.
Aku selalu tau... dia pantas mendapatkan semua itu.

Menulis takdir

Apakah takdir bisa dituliskan....
Secara harfiah mamang seperti itu adanya... menulis takdir
Tapi takdir yang seperti apa... lalu bagaimana menulisnya? Apa ada yang mengerti caranya?
Ini seperti menulis cerita di selembar kertas....
Lalu apakah yang akan ditulis??
Sebagian orang mungkin akan merangkai kata. Sebagian lainnya akan membuat arsiran yang terlihat tak beraturan...
Jadi ada dua yang perlu diketahui sejak awal....
Pertama adalah alat untuk menulis. Dan kedua, itu yang paling penting... adalah tujuan. Alasan mengapa menulis dengan seperti itu.
Semua orang memiliki gaya berbeda. Asalkan memiliki niat untuk menggerakkan diri... maka takdir akan dapat dituliskan.
Bagaimana... apakah mengerti dengan maksudku ini.
Cara terbaik adalah memahami ilmu yang telah dimiliki. Untuk itu perlu mencari ilmu itu. Bahkan jika harus jauh ditempuh. Dan seiring perjalanan... ilmu itu akan datang dengan sendirinya.
Seiring perjalanan itu juga... tujuan akan didapatkan. Jalan takdir pun terlihat....
Karena perjuangan telah dilakukan sejak semula. Perjuangan menapaki jalan tujuan.
Bahkan jika menemukan tujuan lain setelah tujuan semula. Langkah kaki tanpa disadari telah menapak pada takdir....
Takdir yang telah digariskan pada awal permulaan.
Takdir baru yang telah dituliskan. Takdir.... yang saling berkaitan.
Bagian terbaiknya adalah ketika berada hampir dekat dengan ujung jalan... lihat lah ke belakang. Tapak kaki akan terlihat. Bekasnya pada jalan berdebu, tanah basah, ataupun lumpur...
Itu lah jalan takdir yang telah dilewati...
Tinggal sedikit lagi... setelah menyadari arti hidup. Tujuan terbesar dalam mengarungi waktu ditemukan. Mengakui bahwa kehidupan yang telah disyukuri adalah anugerah paling luar biasa dari Tuhan.
Hingga saatnya telah tiba di ujung jalan... itulah dimana semua mengakhiri perjalanan.
Menuju akhir... akhir yang pantas. Sebagai ganti seberapa keikhlasan yang ternilai.

Rabu, 10 Februari 2016

Hasrat

Aku tau ...
Hasrat ku adalah kelemahan ku
Keinginan dan harapanku. Semua yang ada di pikiranku yang kadang tak sejalan dengan rotasi bumi membuaku kacau.
Aku menggeliat dalam ikatan....
Aku bisa tak terkendali hanya karena mendambakan angan - angan.
Hasratku adalah kerakusan ku.
Aku yang terlalu serakah menginginkan segalanya. Sudah jenuh aku di daratan... aku mencoba menuju lautan, menantang ombak, hingga menyelam ke dasar samudera. Nafsuku yang igin menaklukkan segalanya membuatku tenggelam. Ku rasa inilah saatya aku beristirahat.
Dan saat aku mengambil nafas di permukaan... aku lihat langit yang terlalu indah... bahkan jika itu hanya dilihat dari tempatku saat ini. Aku memuja... yang lebih luas dari samudera.
Kelemahan terbesarku adalah hasrat untuk tak sendiri melintasi angkasa...
Tapi sayang... untuk mencapai batas langit, aku tak punya  sayap yang cukup tangguh atau kepercayaan pada yang lainnya. Aku yang sekarang ini hanyalah manusia yang punya hasrat dan keinginan. Namun, tak mampu bergerak. Aku terikat, terpasung dalam belenggu. Aku bukalah seseorang yang seberani mereka yang melepas ikatan.
Aku terlalu takut... dan tak tau diri. Aku menginginkan segalanya. Sedang yang kuberikan tak ada nilainya.
Prinsipku hanya satu, dan sulit untuk sejalan dengan pikiran yang lain. Dan jika tujuanku adalah langit... lalu bagaimana?
Keinginanku sangat menyesakkan. Satu hal yang ku dambakan tak akan pernah bisa ada dalam genggaman. Menyurutkan gairah.
Hasrat ini membuatku semakin frustasi... tapi... aku tak mau rasa seperti ini menghentikanku... menghancurkanku... karena aku memendam cinta... cinta untuk dunia.
Semangatku begitu bergeora dalam mimpi... tapi fakta bicara bahwa kenyataan berbeda. Aku tak seperti itu.
Dan entah sampai kapan hasrat yang menyakitiku ini akan berakhir??
Aku berharap... sangat berharap...
Akan menemukan jalan sebagai awal pilihan... menemukan jawaban dari penantian. Tapi sekarang aku berada tempat yang tak memiliki arah jalan.
Dan jika tak ada jalan lagi yang tampak jelas, bagaimana aku bisa melanjutkan niatku.
Seperti saat ini aku benar - benar menginginkan sayap. Sayap yang kokoh dan kuat agar aku bisa mencoba mengetuk langit.  Mengintip dunia dari atas, dunia yang masih aku cintai.

Minggu, 07 Februari 2016

Labirin misteri : Jalan yang aku pilih

Telah terlalu lama aku disini. Melihat mereka yang berjalan didepanku. Aku telah melihat jejak kaki mereka.
Itu memberikanku sedikit pembelajaran tentang hidup.

Masing - masing manusia punya jalan hidup berbeda. Mereka punya pilihan... seperti aku yang juga punya pilihan.

Aku sempat menyesali beberapa langkahku yang aku rasa itu adalah sebuah kesalahan. Aku mengakui hal itu. Dan aku melangkah pada jalan yang aku pilih.
Aku menyadari bawa beberapa dari mereka telah melangkah terlalu jauh pada sebuah jalan yang aku sebut sebagai perjudian.

Aku kira bermain main dan berjudi dalam persimpangan jalan adalah kesalahan. Kerena kerugian total adalah taruhan yang sangat sulit. Aku tak tau apakah aku memiliki cukup keberanian.

Aku tak pernah tau dengan apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Apakah mereka terbawa arus, atau kah itu benar - benar keiginan mereka. Namun, aku pernah mendengar bahwa itu bukanlah sebuah pilihan. Keadaan bukan pilihan, tapi... kelemahan

Tanpa adanya kekuatan yang dimiliki... keinginan mereka akan dipatahkan oleh keinginan lain. Hingga... keadaan lah yang mengantarkan mereka pada jalan kesalahan. Jalan yang sebenarnya tak pernah diinginkan siapapun untuk dilewati.
Lemah terhadap sebuah keadaan.

Aku melihat entah seberapa itu besarnya... ada kesedihan dan penyesalan di mata mereka. Seperti merasa kehilangan cahaya dari dalam jiwanya. Aku tak tau seberpa dalam perasaan menyesakkan itu. tapi pada titik tertentu... mereka kalah telak oleh kelemahan. Dan kekalahan itu sangatlah menyakitkan.

Mereka telah memberi aku penglihatan... bahwa jalan yang aku lalui pastilah sulit. Aku membenci kekalahan... jadi mungkin aku harus bersiap melawan kelemahanku. Kelemahan terbesarku.

Aku pun sadar tentang jalan yang aku lalui waktu itu adalah jalan yang sama dengan jalan sesat mereka.
.... jalan labirin...
Aku berada tepat di awal jalan itu, labirin misterius. Yang aku lihat memang banyak tanda peringatan. Meski begitu... aku benar - benar terkejut melihat banyak... banyak sekali yang juga melaluinya, hingga aku tak tau... dan merasa sedikit penasaran dengan apa yang aku ketahui selama ini. Keingintahuanku tentang sebuah kebenaran membuatku tergoda untuk melangkah. Resiko akan tersesat pun... tak pernah aku hiraukan. Seperti peringatan sebelumnya. Tapi saat itu juga aku tau apa yang mereka pikirkan pada langkah awal pada jalan itu....
Tak mau tau!!!

Aku merasakan hal yang sama.
Jalan itu memang adalah jalan yang rumit. Hanya beberapa langkah... aku merasa ini memang ada yang salah. Ada sesuatu yang hilang dalam diriku.... sesuatu yang berharga... kepedulianku.
Aku sempat merasa tak peduli pada apapun. Itu membuatku merasa bersalah.

Aku masih bertanya... apakah kemampuanku kali ini bisa sedikit membantuku... setidaknya untuk lari.

Hingga pada titik tertentu... aku mengingat segalanya. Aku sadar bahwa... aku telah berjudi dengan kelemahanku. Di jalan yang aku lewati ini... ternyata bukanlah keinginanku. Kebenarang yang ingi aku ketahui terlalu menakutkan.Aku rasa langkahku sudah cukup. Rasa takut pada kelemahanku lebih besar dari penasaran.
Aku putuskan untuk berhenti dan kembali.

Meskipun aku berkawan dengan mereka yang telah melewati jalan itu... tapi bukan berarti aku harus sejalan dengan mereka.
Aku punya keinginanku sendiri, pilihanku sendiri, jalanku sendiri...

Aku takut pada labirin misterius... yang semua orang tau bahwa akan ada hal buruk menanti di akhir.
Aku sadar itu bukan jalanku.
Pilihanku adalah jalan yang tak dilalui oleh banyak orang. Jalan yang setidaknya sedikit lebih terang. Jalan yang jauh lebih cocok untukku. Jalan dimana aku bisa sedikit tersenyum dan bertahan.
Meski dijalan yang aku pilih ini aku bisa tersesat juga, karena bukan jalan yang paling benar yang aku tau. Tapi aku tau... jalan yang aku pilih sekarang... mungkin bisa membawaku ke jalan yang diharapkan seluruh manusia sebagai tujuannya.

Jumat, 05 Februari 2016

Hujan dimusim kemarau

Matahari begitu terik siang itu. Bersinar dengan sangat cerah penuh kebahagiaan. Seperti biasanya, sang matahari selalu bersemangat dan bergelora menyambut hari.
Tapi berbeda.... khusus di hari itu, sang matahari memancarkan cahaya lebih terang. Lebih terang dari biasanya. Hingga siang menjadi begitu panas.
Itulah satu hari yang begitu panas di pertengahan musim kemarau.
Dan matahari pun jatuh pada buaian sang angin. Angin yang datangnya penuh dengan kesejukan. Mengantarkan rayuan gerimis.
Tak disangka sang matahari terpedaya...
Begitu datangnya awan gelap bersamaan dengan kabut pekat. Angin berubah arah dan siang berubah bagai malam. Hutan berteriak, terkoyak dan kacau.
Hujan pun datang.
Itu bukan sekedar hujan biasa... tapi badai. Badai!!!
Matahari dengan panas teriknya... terjebak dalam hembusan angin palsu. Angin yang dikira menyejukkan...  membawa hujan... deras... berubah... menggila dalam tornado.
Matahari pun tak kuasa memancarkan sinarnya. Dalam sekejap, cahaya redup... menghilang.
Matahari bersahabat dengan langit seharusnya telah mendapat peringatan tentang datangnya badai yang terkait erat dengan hujan... tapi karena bumi yang terus memuja matahari... telah memersembahkan hujan. Sayangnya hujan yang seharusnya memberikan ketentraman, telah berkhianat dengan berubah menjadi badai.
Matahari tak pernah membenci hujan. Hanya saja...
matahari yang awalnya berniat memanfaatkan hujan.... telah terbawa dalam pusaran badai.
Sempat terfikirkan bahwa tak peduli. Tak ambil pusing tentang apa yang akan terjadi. Kesejukan tetesan hujan membuat hilang akal. Sang matahari yang lengah telah terpedaya....
Apa yang dibayangkan sang matahari tak sesempurna kenyataan bahwa semenjak dahulu. Bukankah seharusnya sudah tau dari awal. Matahari dan hujan memiliki pandangan berbeda yang saling terbalik. Kenapa sang matahari harus memaksakan.
Matahari pun mengakui bahwa kesalahan ada pada dirinya sendiri, tapi untuk apa membenci keadaan. Dia seharusnya bisa bersinar jauh lebih terang. Satu cara yang dilakukan... bersinar sendirian dan meninggalkan semuanya. Menjauh dari langit, dunia, dan... hujan
Tapi... matahari yang sendiri itu... telah terbakar dan terbakar lebih dahsyat...
Itulah pilihan yang dibuat oleh matahari...

Rabu, 03 Februari 2016

Hangat

Tidur di padang rumput
Menikmati mekarnya bunga
Berenang di laut biru
Keadaan seerti itu... sulit diungkapkan...
Namun hngatnya hanya bisa dirasakan.
Dikelilingi kasih sayang.
Dalam pekatnya embun. Dingin...
Tapi tak dingin juga. Masih ada sedikit hangatyang dirasa. Sentuhan cahaya sampai ke ujug jari. Matahari yang muncul... mulai mengikis kabut. Senyuman lah yang bisa ditunjukkan
Berjalan menuju arah yang ada di depan mata. Ditemani matahari.
Semakin menghangatkan, sampai punggung terasa. Hangat tepat didepan mataku... memberikan semangat untuk terus melangkah. Untuk terus menjaganya
Mungkin sekarang merasa bahagia dengan pelukan matahari.
Tapi... bisakah di belahan bumi yang lain, hangatnya masih sama?
Karena hasrat hati ingin berpetualang ke ujung dunia.
Masih berharap selalu dalam naungan matahari yang hangat.
Dialah yang menanam bibit dan menumbuhkannya dengan penuh cita kasih. Dengan segenap perhatian setia menjaga. Karena menganggap masih sama seperti saat pertama ditanam. Atau tak percaya bahwa kini telah tumbuh dengan kokohnya. Memberikan kehidupan, hinnga terbit cahaya jiwa.
Bagai lautan biru... menenangkan. Dengan pantai bertabur pasir lembut. Dari jauh terlihat seerti berlian bertemu. Kilauannya sampai ke hati. Seperti tak mau berpaling.
Mungkin tak semua orang masih merasakan genggaman tangan seseorang yang pertama memberikan dekapan dengan lembut dan perhatian. Dan itulah yang masih dalam genggaman sampai saat ini. Meski semakin lama hangat cahayanya semakin lemah... sudah saatnya bergantian.
Sekarang.... terus dan masih untuk menikmatinya hinga waktu yang memutuskan.
Yang bisa dilakukan hanyalah melindungi kehangatan itu... sampai akhir.
Kebahagiaan dari hangatnya kasih yang didapatkan, suatu saat pasti akan ada pengembaliannya.
Sementara itu matahari yang baru, masih menunggu untuk bersinar...
Dan memberikan kehangatan yang sama untuk generasi baru sang matahari.
Lalu.. apa yang bisa diberikan pada matahari itu... yang telah membagi segalanya.