Kamis, 17 Desember 2015

Dunia yang ingin aku lihat

Mereka yang telah melihat apa yang tak bisa aku lihat.
Mereka yang tau apa yang tak ku ketahui.
Termasuk kamu..

Aku tau dunia yang aku lihat berbeda dengan dunia yang kamu lihat. Dan cara berfikir aku berbeda denganmu.  Aku dan dunia dimana aku hidup... dimana aku bangun dengan kenyataan... dimana matahari bersinar cerah sepanjang musim. Mataku berbeda dari matamu, jadi kita memiliki cara pandang yang berbeda.

Dan dimataku dunia itu kini berubah menjadi sedikit berkabut dan kesepian.
Aku yang berada di dunia yang mulai sekarat.

Mungkin harus aku tunjukkan terlebih dahulu duniaku... dunia berbeda yang kamu lihat selama ini.
Padahal kita memiliki darah yang sama, tapi... kenapa?
Munginkah karena aku tak bisa mematikan sebentar rasa dalam tubuh ini. Apa karena aku terlalu egois?

Jika dalam darah ini mengalir juga kekuatan itu... seharusnya aku juga bisa... tapi kenapa tidak.

Aku tau syaratnya sangat berat. Saat ada keburukan dalam itu... pasti bertentangan dengan diriku. Memang hatiku tak seperti berlian... tapi apa aku harus melumuri tanganku dan wajahku dengan lumpur...
Aku punya prinsip yang tak bisa dilanggar. Jika hanya untuk menemukan jalan melintasi dunia itu, aku harus merusak kebaikan dalam diriku dengan kejahatan...
Jika kemurahan hati dalam diriku selalu mengakibatkan kerugian besar, maka tanpa pikir panjang...
Lebih baik aku tak pernah melihat dunia itu. Aku jauh lebih memilih selalu mengulurkan tanganku untuk yang lainnya.
Keburukan tak pernah bisa sebanding dengan prinsipku dan harga diri ini

Kebanyakan orang memiliki batas utuk melihat dan mengetahui dunia yang kamu tau itu. Itu adalah untuk perlindungan. Jika semua orang bisa masuk dengan bebas ke duniamu apa yang terjadi? Tentu kekacauan.

Aku bisa mecium bau samar. Aku bisa merasakan hangat sentuhan. Aku bisa mendengar pelannya  suara. Aku bisa merasa pahit manis. Aku bisa berbisik lembut. Aku terlau peka dengan ragaku ini. Mungkinkah itu alasannya?

Rasa dalam raga ini begitu kuat. Meski aku telah mengontrol emosiku dengan sempurna, sepertinya itu tak cukup. Selalu ada titik hitam dalam diriku.
Nuansa gelap yang telah masuk sedikit demi sedikit ke dalam jiwa.
Hingga mungkin kemampuan jiwa untuk merasa semakin lenyap.

Satu yang ku sadar bahwa aku punya bakat itu... hanya saja memiliki efek kebalikan... dan itu sedikit membuatku frustasi
Sepertinya ada dinding yang menghalangi suatu kabar datang padaku. Informasi yang benar selalu tertutup. Aku selalu tak bisa mendapat potongan kebenaran masa.  Hingga yang berhasil lolos melewati dinding itu adalah kabar selain dari kebenaran

Aku tak tau apakah dinding itu adalah masalah. Dinding... dinding itu... apakah dinding yang aku bangun sendiri? Atau.... dinding yang dibuat oleh orang itu?
Dan jika orang itu yang bertanggung jawab atas ini...
Apakah orang itu punya alasan tertentu?

Sebenarnya... bodoh jika aku berharap dinding itu lenyap pada saat aku tak siap. Tapi bolehkah aku berharap sejengkal saja lebih dekat. Atau setidaknya mengintip ke dunia itu... dunia dibalik batas...

Meski orang itu berusaha melindungi aku....  tetap masih berharap jika takdir mengizinkan aku. Atau aku yang akan membangun jembatan untuk seseorang dari masa depan melintasi dinding itu dan mencapai duniamu.

Takdir... dan aku berpegang pada takdir itu yang apakah sudah aku usahakan... kini menunggu dalam penantian akhir. Apakah ini akhir dari perjalananku... akhir dengan perasaan hampa... penantian... dan ....
Apakah aku bisa menerima jika berakhir seperti ini...

Aku ingin melihat dunia yang pernah kamu lihat....meskipun hanya sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar