Kamis, 31 Desember 2015

Aku yang sebenarnya

Aku tak memahami diriku sendiri...
Siapa aku? Atau kenapa aku?
Kata seseorang aku tak boleh mempertanyakan sesuatu yang tak boleh ditanyakan
Tapi aku tak mengerti benar apa yang dia maksud.

Aku... terkadang bukanlah aku, tapi itu aku. Sesuatu di dalam diriku yang terkadang muncul begitu saja.
Termasuk sebuah keganjilan atau hal biasa... drirku bagai rumah yang dihuni banyak orang. Seperti itulah aku... dengan karakter yang berbeda

Aku yang berada diluar saat bersama mereka... yang dekat tapi sebenarnya jauh. Terikat tapi bebas... akulah pribadi yang bisa diandalkan. Aku menjaga dan mengawasi. Aku seperti kakak untuk adik - adiknya. Aku seperti penengah diantara semuanya. Aku yang memberikan pendapat dan menunjukkan jalan. Terkadang muncul diriku yang lain, sosok yang lebih cair. Seseorang yang lebih ceria penuh canda. Tapi aku juga seseorang yang mengajari tentang berbagai hal. Seperti orangtua yang menenangkan anaknya. Atau seperti guru yang menjelaskan hal baru pada anak didiknya. Aku memberikan perkataan bijak pada mereka yang datang menangis. Aku seperti orang kuno. Kaku dan kolot, tetapi tak selamanya seperti itu. Aku tak terpaku ada aturan. Aku yang berfikir tentang adanya pengecualian.
Meski aku tak punya pengalaman yang pernah terjadi... saat mendengarkannya pun aku tau jawabannya. Tapi bagaimana aku tau.. jika bukan aku yang mengalaminya. Karena aku memakai otakku dan pikiranku. Bukan mereka yang hanya memakai perasaan. Seperti itulah sisi bijak pada diriku.

Jangan lihat aku dengan pandangan seperti itu.

Diriku bukannya itu saja. Aku terkadang menjadi sosok yang hebat, sering jadi bandingan untuk yan lain. Membuat orang lain iri. Dengan tingkah laku dan suara yang lembut dan menangkan. Membuat orang tersenyum saat melihatku. Seperti seseorang yang penuh hormat untuk sesama, peduli, dan penuh cinta kasih.

Akulah yang memiliki sedikit sentuhan religius yang berdoa untuk bahagia. Berharap tentang masa depan dan keinginan. Merasa bersalah atas kesalahan masa lalu. Dan membuat benteng tak terlihat untuk tak lagi terlena.

Itulah aku...
Aku yang seperti pisau bermata dua...
Aku yang seperti dua sisi pada kepingan koin
Terkadang aku terlihat pandai dan bijak... tapi aku bisa juga ceroboh.
Aku yang selalu patuh... tapi aku bisa juga keras kepala
Aku yang selalu sesuai aturan ... tapi bisa juga aku membuat masalah
Aku yang dingin, kaku, dan arogan... tapi bisa juga aku lembut dan penuh perhatian
Aku yang menjunjung kejujuran dan kebenaran... tapi bisa juga terpeleset ke lubang dosa
Aku yang pemalu... tapi bisa juga aku ramah, ceria, dan konyol
Aku yang pendiam... tapi bisa juga jadi pemarah dan bersuara keras
Aku yang terlihat kuat tapi bisa juga aku menangis dan tak berdaya
Aku yang ingin selalu terlihat sempurna... tapi aku juga punya banyak kelemahan.

Hanya satu yang tak aku inginkan jika yang tiba - tiba muncul adalah sesuatu yang tak terkendali. Aku yang sepertinya bukan aku. Seperti sisi lain dariku. Lebih kelam dan gelap. Menggelegar dan datang bagai badai menerjang.
Itu membuatku sangat takut.

Tapi seperti itulah aku...
Aku yang memiliki berbagai karakter dan sifat.
Aku terima apapun yang ada pada diriku....
Karena bagaimanapun aku... aku tetaplah aku.

Kamis, 24 Desember 2015

Tak bisa katakan tidak

Penurut...
Ya... itulah yang aku katakan. Aku adalah seseorang yang penurut
Itu bukan perintah... tapi permintaan.

Pernah aku katakan
Sesuatu yang meninggalkan sedikit penyesalan dalam diri ini
Adalah kata
... tidak ...

Kenapa saat aku tak mampu melihat sorotan mata itu... satu kata yang keluar dari mulutku adalah akhir dari semuanya.
Tak akan pernah bisa menjadi seperti dulu lagi. Kini semakin memudar dan hilang.

Ini seperti kutukan... saat mereka meminta... setelah aku katakan ya.... apapun akan aku lakukan. Meski kadang membuatku terjatuh. Itu tak apa. Meski aku yang merasa marah. Mau bagaimana lagi. Bukannya segan atau tak menerima dengan sepenuh hati. Namun, bisa aku yakinkan bahwa apa yang aku terima adalah sesuatu yang sangat bernilai. Untuk itu aku tak bisa menolak. Aku tak bisa katakan tidak.
Itu adalah janji.... janji ku pada diriku sendiri...
Aku seperti dilahirkan untuk menjadi seorang pelindung... dari mereka yang memintaku. Aku hanya perlu memainkan peranku saja. Di dunia ini... seperti itulah tugasku.

Kata orang... aku hanya terlalu baik. Benarkah?
Aku? Baik? Tapi aku tak sebaik itu... aku juga punya sisi lain. Demi menutupi itu semua, akan aku katakan ya... untuk kalian.
Kalian senang... begitu juga aku.

Satu yang selalu bisa melepaskan ikatan itu... jika aku lupa... kehilangan memori sesaat... menghindarkanku dari rasa bersalah yang disengaja.

Tidak... ini bukanlah sebuah beban. Asalkan aku bisa diingat... itu sudah cukup.

Aku tak ingin hal itu terulang lagi. Ketika suatu saat aku menyesal dengan mengatakan tidak...

Jika aku lupa dan terlena...
Hey seseorang disana
Tolonglah aku
Ingatkan aku... Sadarkan aku ...
Tentang bumi dan yang ada di dalamnya. Bila perlu... hantam aku dengan pukulan mengejutkan.

Suatu saat dimana aku secara tak sadar keras kepala. Saat aku tak segera melaksanakan permintaan kalian padaku.
Bangunkan aku dari lamunan yang tak berguna. Segerakan aku bangkit dan mewujudkan mimpi.
Karena kesempatan datang begitu cepat. Sekali terlewat... maka lewatlah sudah.
Tak ada guna penyesalan... tak ada arti dari ucapan kosong

Memang aku tak berkata tidak... tapi saat aku lari dalam kesibukan... waktu pun ikut bergulir. Hingga aku sadar bahwa waktu tak bisa kembali saat aku melewatkan semua itu.
Kegelisahan terus menggeliat di hati. Rasa bersalah masih mengganjal.
Jadi ingatkan aku saat aku mengingkari apa yang ditugaskan untukku.

Aku tak ingin merasakan perasaan sakit seperti ini lagi.... karena sakitnya terasa menusuk tulang. Maski orang berkata tidak apa apa, semua akan baik baik saja...
Pedih di jiwa mungkin sulit disembuhkan.

Aku memang seharusnya tak menunda nunda sesuatu yang sudah aku janjikan pada waktunya. Karena hingga akhir nanti... waktu bergulir tanpa menunggu siapapun

Rabu, 23 Desember 2015

Matahari Bulan Bintang

Matahari... tak selamanya semua cahaya dimengerti. Ada kalanya dia dihindari. Meskipun dia sendirian, telah menerangi segalanya. Adakah yang berharap padannya?

Bulan yang lembut menerangi malam. Dia menerangi dengan begitu indah. Temaram yang menenangkan.
Kecantikan penuhnya dikelilingi bintang - bintang.
Satu waktu akan terlihat berbagai sisi dirinya yang manakjubkan. Berbagai emosi dia tunjukkan dalam wujud warna.
Bulan.... mempesona dan berkharisma.

Bintang... seperti berlian yang berantakan. Tak beraturan, tapi begitu indah. Seperti rangkaian acak berkaitan membentuk takdir.
Namun sebenarnya bintang - bintang pun seperti matahari, bulan, dan bumi. Hanya saja mereka bercahaya dari kejauhan. Hingga tak tampak sejelas hangatnya matahari atau lembutnya bulan. Bintang... seakan memiliki cahaya miliknya sendiri. Hingga dia dikagumi semua orang.

Matahari dengan angkuhnya memperlihatkan kekuatannya. Dengan cahayanya yang berani mampu menerangi seluruh angkasa selamanya. Meski dia terbakar sendirian... matahari pun rela.
Sengaja ataupun tidak matahari selalu berusaha menjadi sempurna.  Tapi adakah yang menyadarinya... dialah yang disebut sebagai rembulan.
Sebenarnya bulan tak memiliki cahayanya sendiri. Dia mendapatkannya dari sang matahari. Bulan mengakui itu, bahwa dia tak akan begitu bersinar tanpa adanya matahahari.
Namun sayang. Matahari tak mengakuinya. Bukan karena dia tak merasa, tapi dari pandangan mata sudah terlihat jelas. Matahari sadar akan jarak mereka yang teramat jauh, dunia mereka yang berbeda. Karena dalam dunianya sang bulan telah dikelilingi bintang - bintang. Bintang yang berkilauan, bagai lautan berlian.

Matahari bulan dan bintang ... biarkanlah mereka bersinar menghiasi angkasa dan membuat langit semakin indah.

Gadis biasa

Salah satu kisah yang aku pikirkan ini sangatlah mengesankan diriku. Tema cerita yang biasa.... tapi ini diluar kebiasaanku dalam membuat kisah. Ini adalah kisah sederhana, tapi memberikan perasaan hangat dan bahagia. Akupun merasakan bahagia... saat merangkai kisah demi kisah yang terjadi.

Kisah mengenai seorang gadis biasa dalam menjalani hari harinya dengan perasaan bahagia. Meskipun ada beberapa konflik yang terjadi, tak pernah meruntuhkan keceriaannya dalam menjalani hari dan berbagi kebahagiaan.

Aku belum menentukan bagaimana cerita lengkapnya, atau plot dasar dari awal hingga akhir. Bahkan nama tokohnya juga belum aku tentukan. Meski begitu, hanya dengan memikirkannya saja, aku sudah senang.

Aku sebenarnya sudah memiliki garis besar ide untuk ceritanya dan beberapa potong cerita. Tentunya... aku masih butuh cara untuk meramunya menjadi kisah. Kisah yang memiliki alur tertata

Aku sangat berharap pada kisah yang bahkan belum satu kata pun telah tertulis. Akan menjadi seperti apa dan bagaimana kisah ini.

Kamis, 17 Desember 2015

Dunia yang ingin aku lihat

Mereka yang telah melihat apa yang tak bisa aku lihat.
Mereka yang tau apa yang tak ku ketahui.
Termasuk kamu..

Aku tau dunia yang aku lihat berbeda dengan dunia yang kamu lihat. Dan cara berfikir aku berbeda denganmu.  Aku dan dunia dimana aku hidup... dimana aku bangun dengan kenyataan... dimana matahari bersinar cerah sepanjang musim. Mataku berbeda dari matamu, jadi kita memiliki cara pandang yang berbeda.

Dan dimataku dunia itu kini berubah menjadi sedikit berkabut dan kesepian.
Aku yang berada di dunia yang mulai sekarat.

Mungkin harus aku tunjukkan terlebih dahulu duniaku... dunia berbeda yang kamu lihat selama ini.
Padahal kita memiliki darah yang sama, tapi... kenapa?
Munginkah karena aku tak bisa mematikan sebentar rasa dalam tubuh ini. Apa karena aku terlalu egois?

Jika dalam darah ini mengalir juga kekuatan itu... seharusnya aku juga bisa... tapi kenapa tidak.

Aku tau syaratnya sangat berat. Saat ada keburukan dalam itu... pasti bertentangan dengan diriku. Memang hatiku tak seperti berlian... tapi apa aku harus melumuri tanganku dan wajahku dengan lumpur...
Aku punya prinsip yang tak bisa dilanggar. Jika hanya untuk menemukan jalan melintasi dunia itu, aku harus merusak kebaikan dalam diriku dengan kejahatan...
Jika kemurahan hati dalam diriku selalu mengakibatkan kerugian besar, maka tanpa pikir panjang...
Lebih baik aku tak pernah melihat dunia itu. Aku jauh lebih memilih selalu mengulurkan tanganku untuk yang lainnya.
Keburukan tak pernah bisa sebanding dengan prinsipku dan harga diri ini

Kebanyakan orang memiliki batas utuk melihat dan mengetahui dunia yang kamu tau itu. Itu adalah untuk perlindungan. Jika semua orang bisa masuk dengan bebas ke duniamu apa yang terjadi? Tentu kekacauan.

Aku bisa mecium bau samar. Aku bisa merasakan hangat sentuhan. Aku bisa mendengar pelannya  suara. Aku bisa merasa pahit manis. Aku bisa berbisik lembut. Aku terlau peka dengan ragaku ini. Mungkinkah itu alasannya?

Rasa dalam raga ini begitu kuat. Meski aku telah mengontrol emosiku dengan sempurna, sepertinya itu tak cukup. Selalu ada titik hitam dalam diriku.
Nuansa gelap yang telah masuk sedikit demi sedikit ke dalam jiwa.
Hingga mungkin kemampuan jiwa untuk merasa semakin lenyap.

Satu yang ku sadar bahwa aku punya bakat itu... hanya saja memiliki efek kebalikan... dan itu sedikit membuatku frustasi
Sepertinya ada dinding yang menghalangi suatu kabar datang padaku. Informasi yang benar selalu tertutup. Aku selalu tak bisa mendapat potongan kebenaran masa.  Hingga yang berhasil lolos melewati dinding itu adalah kabar selain dari kebenaran

Aku tak tau apakah dinding itu adalah masalah. Dinding... dinding itu... apakah dinding yang aku bangun sendiri? Atau.... dinding yang dibuat oleh orang itu?
Dan jika orang itu yang bertanggung jawab atas ini...
Apakah orang itu punya alasan tertentu?

Sebenarnya... bodoh jika aku berharap dinding itu lenyap pada saat aku tak siap. Tapi bolehkah aku berharap sejengkal saja lebih dekat. Atau setidaknya mengintip ke dunia itu... dunia dibalik batas...

Meski orang itu berusaha melindungi aku....  tetap masih berharap jika takdir mengizinkan aku. Atau aku yang akan membangun jembatan untuk seseorang dari masa depan melintasi dinding itu dan mencapai duniamu.

Takdir... dan aku berpegang pada takdir itu yang apakah sudah aku usahakan... kini menunggu dalam penantian akhir. Apakah ini akhir dari perjalananku... akhir dengan perasaan hampa... penantian... dan ....
Apakah aku bisa menerima jika berakhir seperti ini...

Aku ingin melihat dunia yang pernah kamu lihat....meskipun hanya sekali.

Rabu, 16 Desember 2015

Pura - pura tak melihat

Aku berpura pura menutup mata.
Tak melihat apa yang diperbuat? Seakan tak tau

Meskipun sebenarnya aku tau... aku selalu melihat.

Aku melihat apa yang kamu sembunyikan...
Aku melihat apa yang kamu lakukan...
Meski aku memalingkan wajah seakan tak paham... tapi aku tau.

Karena aku... aku selalu ada di belakangmu....
Aku hanya berusaha melindungi dan menjaga agar semua baik - baik saja. Tapi kenapa selalu saja ada celah untuk membuat semua berantakan. Kenapa selalu saja...membuatku cemas.
Aku tak ingin jika ada orang lain yang tau. Bukankah milik orang itu? Kenapa harus diumbar?
Aku tak mengerti. Tak bisakah sedikit saja melindunginya sendiri... karena tak sepanjang waktu aku dan orang itu bisa mengawasi...
Aku hanya ingin menjaganya.
Karena setelah kehilangan yang menyakitkan itu... aku telah berjanji
Untuk melindungi...

Aku bisa menutup mata untuk apapun yang kamu dan mereka lakukan. Bukannya aku ini tak peduli dan tak mau ikut campur. Hanya saja... aku tak bisa... benar - benar tak bisa untuk melihatnya. Aku takut... tentang apa yang orang pikirkan dan apa yang mungkin orang lakukan padanya. Dan yang aku pikirkan mungkin saja...
Jadi untuk melindunginya... adalah apa yang aku pikirkan... yaitu sesuatu yang membuatku takut...

Satu hal lagi tentang kepura puraanku....
Sesuatu yang tak bisa aku lihat... adalah sesuatu yang paling ingin aku miliki...
Jika aku terlalu lama melihatnya... mungkin aku akan lupa segalanya... Serasa tak bisa jika tak memilikinya... menyentuhnya... dan apapun itu...
Mungkin bisa membuatku gila...
Aku sengaja memalingkan wajahku, agar itu tak terus berputar putar dalam pikiranku.
karena banyak orang yang memilikinya... tapi aku??
Membuatku iri... sangat iri...
Dan iri hati adalah kelemahan terbesarku... sedang aku yang sekarang tak bisa berbuat apa - apa untuk mendapatkannya.  Memilikinya adalah langkah awal untuk mendapatkan hal lainnya. Sesuatu yang sangat ingin aku raih... seperti orang orang yang telah meraih keinginannya...
Aku tak bisa merengek dan memohon belas kasih pada orang itu... tapi aku sangat berharap - dan berharap bahwa doa pada Tuhanku terkabul. Doa untuk melihatnya... menyentuhnya... dan... memilikinya...
Karena salalu dan selamanya... aku menyiman hasrat. Aku tak mau jika hasrat itu selalu melemahkanku.

Usagi to neko

Usagi to neko??
Itu bahasa jepang, yang tertulis dalam bentuk romanji. Artinya ...
Kelinci dan kucing.
Aku membuat cerita berdasarkan karakter itu...
Kelinci yang lembut, lincah, ceria
Kucing yang tenang, cuek

Cerita yang aku buat ini.... membuatku sangat antusias. Ini adalah kisah kedua yang aku tulis dengan segenap hati, lebih dari cerita cerita lainnya. Ya aku akui, meskipun melalui proses tak sebentar, tapi dengan kesungguhan, cerita yang lumayan panjang itu bisa aku buat. Cerita ini benar - benar dapat aku selesaikan hingga akhir.

Karakter :
Usagi Hinori
Seorang wanita karir. Setelah menikah, dia rela melepas pekerjaannya sebagai ceo hinori group . Usagi ingin lebih dekat dengan suaminya yang cuek dan kaku.

Kouneko Tsukihiro
Kou adalah suami dari usagi. Dia pria yang kaku, tapi dia punya pemikiran yang tenang dan terkadang kekanak kanakan. Kou bekerja sebagai arsitek dan menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang kerja.

Kane tsukihiro
Adik kou yang masih sekolah sma. Dia lebih ekspresif dari kakaknya.

Yoru ishida
Bos dari kou. Sebenarnya yoru itu adalah junior kou saat kuliah.

Hana
Hana adalah teman lama usagi. Hana seorang model internasional yang tampan, tinggi, dan berkharisma.

Sinopsis
Kouneko menikah dengan usagi...  Mereka terlihat seerti pasangan sempurna, sama sama memiliki karir cemerlang. Meski mereka telah menikah, tapi untuk alasan tertentu kehidupan mereka tak sesempurna yang terlihat. Usagi dan kou terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Apalagi kou... dia tak yakin bahwa kou mencintai usagi.
Lalu apakah seiring berjalannya waktu.... hubungan mereka bisa lebih dari ini??

Kemarau

Ide cerita yang tiba - tiba muncul dalam kepalaku... aku tak tau apakah ini akan jadi kisah yang mengagumkan.... tapi ini adalah kisah yang bisa menyentuh sampai dalam pikiranku.

Cerita seorang gadis... yang kembali ke lingkungan masa lalunya... dan mengungkap kenyataan atas kehampaannya.

Chara :

Natsume
Seorang gadis smu yang memiliki wajah sedih. Dia selalu memiliki aura gelap dan kekosongan... Meskipun sejak setahun ini,  Natsume memiliki banyak teman... tapi ada sesuatu yang selalu menyesakkan hatinya... sesuatu dari masa lalunya.

Aoki
Teman Natsume. Mereka satu sekolah. Aoki adalah satu - satunya teman yang bisa diajak bicara apapun dengan Natsume. Natsume menganggap Aoki sebagai seorang kakak yang selalu memberikan nasehat padanya. Aoki memiliki karakter yang lembut.

Sinopsis :
Cerita berawal dari Natsume yang bicara mengenai dirinya kepada Aoki. Natsume yang menerima nasehat bahwa seharusnya tidak bersikap dingin dan tak peduli. Natsume pun menyadari bahwa semua itu berasal dari masa lalunya. Di liburan musim panas natsume memulai perjalanannya kembali ke tempat dimana semuanya berawal....

Garis besar kisah ini dimulai dari pertemuan Natsume dengan Aoki dan kehidupannya yang seperti siswa biasa di sekolah. Persahabatannya dengan berbagai teman yang berbeda sifat. Tapi itu belum cukup menutupi kehampaan dalam dirinya. Dan keputusannya adalah menemukan dirinya seperti dulu, dengan perjalanannya dalam liburan musim panas untuk kembali ke tempat semasa Natsume kecil tinggal.
Dalam perjalanannya yang panjang.... Natsume bertemu banyak orang... mendengar banyak cerita dari mereka dan mempelajari hal baru yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya... Natsume yang merasakan kekosongan.... mulai berubah. Dia menemukan dirinya...

Pertemuan dengan pasangan yang terpaut jauh usianya.
Mereka adalah Tom dan Yumi.
Natsume mendengar kisah cinta mereka di kereta...
Perjalanan yang panjang menuju ke rumah masa kecilnya tak terasa... karena bahagia ikut terhanyut dengan cerita perjuangan cinta.

Natsume baru sampai dirumahnya. Disana dia harus membersihkan rumah yang berantakan. Saat itulah seseorang yang lewat depan rumahnya menyapa Natsume. Tak diduga itu adalah teman lama yang tak Natsume ingat. Natsume mendengar kisahnya bersama teman lamanya yang lain bernama Agito. Cerita mengenai perjuangan karir, perantauan di tempat yang jauh. Dan saat Natsume selesai mendengar kisah singkat itu... Natsume pun akhirnya tau tentang nama teman lama yang telah dilupakannya. Rie, ya itu namanya.

Saat Natsume berkeliling sekitar tempat tinggalnya, dia melihat teman lamanya yang lain, bernama Baku dengan kesombongannya di lapangan bola.

Natsume kemudian melihat Agito yang sudah berubah, sejak dia bertemu terakhir kali.

Natsume mengunjungi sebuah makam seseorang... meletakkan bunga dan menangis...

Bagian yang terakhir, Natsume duduk di pantai... melihat laut yang luas... mendengar seseorang yang memanggilnya dari belakang.... dan mengulurkan tangannya...natsume pun tersenyum dan bilang "kamu..."

Senin, 14 Desember 2015

Sempurna untuk siapa

Tak ada manusia sempurna...
Tak ada makhluk yang sempurna...
Termasuk aku
Yang bisa dilakukan hanyalah melakukan semuanya dengan usaha maksimal untuk hasil terbaik.
Pantaskah aku bicara tentang kesempurnaan?
Aku hanya mencoba.
Aku adalah manusia yang jauh dari sempurna.
Aku tak bermaksud demikian hebat. Aku hanya menyampaikan dari debat panjang di pikiranku.

Kesempurnaan di dunia adalah ketidak sempurnaan yang saling terkait dengan ketidak sempurnaan yang lainnya. Jangan lupa... bahwa dunia memang tak sempurna sejak awal.... itulah tujuannya, bagaimana bisa bertahan dengan banyak ketidak sempurnaan... penuh ketidakseimbangan. Hingga akhirnya menunjukkan siapa dari mereka yang pantas, dari kita semua... yang kuat yang mampu bertahan

Apapun yang aku lakukan... adalah hal terbaik yang bisa aku lakukan. Meskipun dengan hal sederhana yang aku miliki. Aku selalu berharap yang paling tinggi.

Aku bisa lakukan apapun untuk mendekati yang orang - orang bilang itu sempurna. Semua bisa aku lakukan... semua bisa aku selesaikan... meski hasilnya adalah baik jika dibandingkan dengan hasil orang lain. Mungkin karena aku terlalu rakus untuk melakukan semuanya. Aku terlau arogan untuk menerima bantuan orang lain. Meski aku tak bisa lebih, aku lakukan semua itu sendiri.
Itulah kenyataannya kenapa aku tak bisa menghasilkan nilai sempurna.

Aku terkait dengan kesempurnaan mereka di masa sebelumnya. Tapi apa yang bisa aku tunjukkan sekarang adalah hal yang berkebalikan dari harapan. Bisa saja masa depan tak sesempurna yang aku harapkan jika aku masih duduk disini.

Jadi sempurna ini untuk siapa??
Ini bukan untuk orang lain. Ini hanya untuk kepuasanku semata. Aku hanya memikirkan diriku, kesenanganku. Dan apa yang aku lakukan adalah ungkapan dari hatiku. Setiap langkah dan gerakan tanganku adalah cerminan dari emosiku. Setiap ucapan dari pikiranku... tulisan dari imajinasiku tercipta dari segenap perasaanku.

Bukan aku tak peduli tentang masa yang telah berlalu atau masa yang masih buram dihadapanku. Memikirkan hal itu membuatku merasa tak nyaman. Aku... tak bisa mengerti apa yang harus aku lakukan.

Apapun yang aku lakukan bukan untuk tujuan sempurna, bukan untuk tujuan orang lain. Aku tak naif dalam hal ini. Aku tak merasa sengaja ingin membuat seseorang terkesan ataupun kagum.
Aku... aku hanya ingin melakukan hal terbaik yang bisa aku lakukan.

Tapi... akibat dari waktu yang berjalan... membuat hidupku semakin pendek. Aku mulai sadar suatu waktu bahwa ... ada beberapa hal yang tak bisa aku lakukan sendiri. Itu mengapa ada bagian tertentu, aku tak sempurna. Bahkan aku tak memberikan usaha meski sedikit pada yang aku lakukan. Apa aku terlalu tak percaya diri melakukannya? Itu sama saja aku terlalu takut.
Lalu...
Bagaimana aku bisa mempercayai seseorang... jika aku tak percaya pada diriku sendiri.
Bagaimana seseorang bisa percaya denganku jika aku terus seperti ini....
Sedangkan sekarang... aku butuh bantuan tangan seseorang yang rengkuhannya lebih luas dari pada milikku.
Memang bukan untuk tujuan sempurna, tapi setidaknya akan melengkapi dan menjadi kait dari ketidak sempurnaan.

Kesempurnaan yang tak akan pernah bisa menjadi tujuanku...
Kesempurnaan yang tak pernah bisa aku raih...
Mengertilah tentang pemikiranku yang seperti ini?? Adakah yang sependapat?

Entah ada yang melihat atau memperhatikan semua ini. Aku akan terus bergerak maju.

Tak bisa menolak

Aku...
Tak bisa memungkiri takdir yang telah digariskan untukku... tapi meski tidak mudah untuk berjalan aku tak pernah tau itu akan merubah takdir...

Bagaimana bisa itu adalah nasibku jika aku tak tau masa depan...
Bagaimana aku tau takdirku berubah jika aku tak tau ujung jalanku ini berakhir.
Bagaimana jika itu memang takdir.... jika sesuatu itu tak bisa aku tolak.
Satu cara yang bisa aku lakukan... adalah segala hal terbaik yang akan selalu aku berikan.

Hey Temanku...
Alasan kenapa aku berjalan di belakang kalian semua...

Aku ingin melihat langkah kaki orang - orang yang terus bergerak maju. Aku ingin menjaga setiap orang di sekitarku. Entah mereka menyadarinya atau tidak. Aku ingin melihat senyum bahagia mereka, selalu mendorong semangat mereka... mendoakan mereka dari tempatku sekarang ini.
Dan aku akan memberikan dukungan, selalu mengingatkan saat mereka menengok kebelakang.

Seperti itulah yang aku lakukan sampai saat ini.

Hingga terlalu jauh ternyata kalian berjalan. Menyisakan jarak yang sepertinya  tak mampu aku kejar. Dan aku tak bisa melihat bayangan kalian... bahkan jejak kaki yang telah terhapus tak lagi nampak bagiku. Akulah yang tertinggal di belakang kalian.

Ini bukan ironi... hanya saja apakah takdirku seperti ini??

Tapi... aku belum menyadari tentang seseorang yang berjalan dibelakangku dan terus mengawasiku...  mengamatiku dari balik persembunyiannya.
Bagaimana dia melihatku melebihi aku melihat semua orang di depanku. Apakah ini benar adanya? Aku tak pernah tau...

Yang aku mau... adalah sesuatu yang tak bisa aku tolak.
Karena saat aku menolak sesuatu yang seharusnya ada dalam genggaman... akan ada rasa yang menyesakkan... kehilangan sebelum memiliki. Merelakan sesuatu yang tak pernah diraih. Melepaskan sesuatu yang belum didapatkan.
Itu adalah penyesalan saat aku berkata dalam hatiku "andai saja"
Semakin lama semakin menyakitkan bukan?

Itulah kenapa aku tak mau menolak apapun yang dipercayakan padaku. Jika seseorang mempercayakan sesuatu yang berharga padaku... tak akan pernah aku bilang tidak...
Bukan karena aku serakah dan mengambil keuntungan...
Tapi... aku tak bisa menghianati seseorang yang percaya padaku.
Aku ingin menjaga kepercayaan ini.

Itulah yang aku rasa dengan ikhlas
Sesuatu yang tak akan pernah bisa aku tolak.

Jumat, 11 Desember 2015

Beauty Poison 1

Racun....
Racun yang berwujud tak seperti racun karena nikmatnya.
Rasanya yang begitu menyenangkan seolah - olah membuat bahagia selamanya... tapi tetap saja.... itu racun.
Aku tau itu dapat merusakkan jiwa... tapi...

Seperti minuman keras.... yang pahit memabukkan.
Minuman yang tak akan pernah meredam rasa haus dan dahaga....
Minuman yang semakin diminum... semakin membakar tenggorokan, semakin panas dan perih... dari ujung kaki hingga kepala.  Tapi entah kenapa siksaan seperti itu yang dicari. Menikmati tiap tegukan.... menghilangkan kesadaran.

Seperti obat terlarang....
Bagaimana bisa obat untuk menyembuhkan bisa terlarang?
Itu hanyalah ilusi... sebagian orang menyebutnya sebagai obat... penyembuh dari sakitnya jiwa. Tapi itu menyesatkan. Hanya sesaat melegakan, melupakan beban dengan cara paksa.
Diwaktu itu akan kehilangan pemikiran dan kesadaran.

Memang semua akan jelas tanpa batas. sayangnya... akan selalu ada bayaran atas itu... dan kerugian yang didapat jah lebih banyak. Tak ada harga yang sebanding.
Tak hanya pikiran... jiwa... tetapi raga dan perasaan akan semakin tersesat. Menghancurkan hidup. Bukannya sembuh dari sakit... malah membuat semakin tersiksa dalam kematian perlahan.

Menggenggam duri dan menikmati sakit dari tetes darah yang keluar.  Adalah perumpamaannya. Menikmati.... kepedihan

Hingga sekarang... aku tak tau apakah alasan seseorang meneguk secawan racun...
Mungkinkah untuk melupakan sesuatu atau hanya karena rayuan kesenangan sesaat.

Bukankah itu semua adalah cara melarikan diri yang luar biasa.  Terlambat... benar - benar terlambat saat menyadarinya.... bahwa tak akan pernah ada cara yang indah untuk melarikan diri.
Selalu ada bayaran yang harus dikorbankan.... dan seringnya itu tak setimpal.

Sabtu, 05 Desember 2015

Aku dan dunia

Aku.... satu didalam dunia luas.
aku tak tau apakah ini kebetulan atau tidak... aku tak tau apakah orang di luar sana juga menyadarinya atau tidak.

Ini adalah salah satu dalam diriku yang aku sadari. Aku sadar bahwa akan selalu ada koneksi antara diriku dan dunia. Aku yang mempengaruhi dunia dan dunia yang mempengaruhiku.
Apapun yang aku rasakan, yang aku pikirkan dan yang aku buat juga dunia lakukan. Aku dan dunia... akan selalu berkaitan, sampai waktu berakhir.
Apakah aku bisa menjadi pembeda. Aku ingin berbeda...
Tapi mungkin dunia ini tak mengijinkan aku melakukannya. Aku akan selalu berjalan beriringan dengan dunia.

Aku selalu tau bahwa aku spesial. Aku tau nilai berharga dalam diriku. Meski tak semua bisa berbeda... aku selalu mengerti mengerti tentang keinginan dunia.

Meskipun aku tak tau ramalan... aku hanya bisa memahami bahwa semua ada alasannya. Alasan yang tak bisa aku pahami mengapa.

Aku tak butuh orang lain paham ini. Aku hanya ingin semua mengerti bahwa aku... salah satu bagian dari dunia.

Sebelum dunia menggandrungi karya. Akulah yang terlebih dahulu tau. Sebelum yang lainnya mencicipi... akulah yang pertama merasakannya.
Aku tak tau mengapa, yang jelas, aku menyadarinya saat dunia mengatakannya padaku. Dengan berbagai cara dia bicara.

Dunia... dunia yang membisikkanku langsung ke dalam benakku. Aku tau dunia teramat mencintaiku. Hingga memberikan banyak untukku. Tapi apa yan aku perbuat. Aku tak bisa memberikan yang terbaik dariku. Aku kurang bersyukur.