Kamis, 31 Maret 2016

Beauty poison 2

Sisi menakjubkan dari racun.... berfikirlah dari sisi yang lainnya...
Kenapa? Apa alasannya disebut sebagai racun
Apa ada sisi kecantikan dibalik sebutan racun?
Seperti minuman memabukkan atau obat terlarang... itu salah satu dari racun... racun yang indah...
Bagaimana menunjukkan sisi lain itu
Lupakan sebentar tentang akibat buruknya....
Pada tegukan pertama ... membuat gila dan memikirkannya hari demi hari.Sekali mencicipi rengkuhannya... tak akan ada yang mampu lepas dari jeratnya. Rela mati demi kebebasan yang telah diberikan. Segalanya akan dikorbankan.
Sesuatu yang sangat disukai dan digilai semua orang. Membuat setiap orang sudi melakukan apa saja untuk tiap tetesnya.
Satu tegukan membuat perasaan menginginlan lebih. Lagi dan lagi.
Menyentuhnya adalah sebuah kesan yang tak bisa dilupakan.
Itu candu...
Beberapa waktu ini... aku mungkin mulai menemuan jawabanya.
Kenapa orang itu menyebutnya sebagai racun.
Dulu... sewaktu kecil aku mencari - cari apakah ada artinya?? Dia tak bilang sesuatu yang meyakinkan...
Meski begitu aku tak pernah benar - benar mengerti apa maksudnya...
Sampai aku mendengar sebuah lagu lama yang sampai ke hatiku. Membuatku sadar.... tentang hal ini.
Mungkin pada masanya... sebelum tiba masa ku... kekaguman orang itu sampai pada keinginannya. Membawaku dalam arus yang sama sebagai penentuan hidupku. Mewariskan kegilaan dan hasratnya ke pundakku. Harapan bagi penerusnya. Menginginkanku menjadi... seperti yang selama ini orang itu inginkan.... menjadikan diriku seperti racun.... sebagai jalan melarikan diri. Melarikan diri dari masa lalunya
Tapi kurasa banyak orang yang memilih jalan yang dilalui orang itu. Saat aku mempertanyakan apa yang aku lihat terjadi pada orang lain... aku tau jika hal itu juga terjadi pada diriku. Apakah itu hanya kata acak untuk mengisi kekosongan? Atau memang terselip makna yang dahsyat?
Sekali lagi... dengan pertanyaan yang sama...apakah orang itu tau bahwa aku tau??
Tapi pernah aku mendengar jawabannya... memiliki arti kesetiaan, menyatukan, bersama. Meski hal itu ku hiraukan dan menganggapnya tak serius.
Huh... kenapa aku begitu tertarik dengan arti sebenarnya.
Jangan - jangan ini hanya sebatas pemikiranku yang terlalu jauh,sembarangan, dan kacau. Kacau karena aku terlalu banyak menikmati racun.... atau karena aku sendiri adalah racun.
Bagaimana jika aku bukanlah racun yang sebenarnya... jika ada orang lain yang berjalan mengikut langkahku kini telah melampaui ku, yang racunnya ternyata lebih kuat. Mungkin dia adalah penerus yang sebenarnya.
Bagaimana jika bukan racun... tetapi memiliki makna lain?
Cinta...
Dengan segenap perasaan menyatukan pemikiran tentang arti sebuah sebutan.
Bukankah setiap pemberian nama ada artinya? Yang jelas dari dulu... alasannya adalah cinta yang menyatukan. Atau karena cinta,dapat bersatu??
Apapun artinya atau makna yang dimaksud... racun tetap racun... dan aku tetaplah aku.

Malam gelap, aku berusaha melihat

Malam seperti ini
Gelap tanpa cahaya, tanpa lampu. Cahaya bintang dan rembulan pun tak mampu menembus ruanganku ini. Tertutup dan tersembunyi jauh.
Sunyi...
Tak ada suara apapun...
Tak bisa melihat apapun...
Sepi...
Sepertinya pernah melewati malam seperti ini dulu... dulu sekali
Hampir lupa tapi masih ingat.
Aneh...
Seharusnya bisa tidur nyenyak kali ini. Tapi kenapa sulit. Hingga tetap terjaga dalam diam. Yang aku rasakan sepertinya sedikit tak nyaman. Ada sesuati... sesuatu yang mengancam dari dalam gelap itu.... dan itu membuatku taku. Adalah jika aku tak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di sekitarku.
Tak lama... terdengar suara berisik... suara dalam ruangan. Detik jam yang terus bergerak. Meski diam, sadar bahwa waktu tetap terus berjalan. Tanpa terasa begitu cepat dalam sekejap.
Lebih dalam... terdengar suara berisik. Jauh lebih menderu - deru. Suaranya lebih keras dari apapun, hingga tak bisa tertidur. Detak jantung yang berdebar, lebih cepat dari perputaran waktu. Membuat yakin bahwa hidup semakin berkurang.
Mau bagaimana lagi... semua gelap. Yang bisa dilihat hanyalah bayangan masa. Membuat rasa sakit muncul lagi. Karena tau bahwa... semua itu akan musnah.
Aku ingin bisa melihat dalam pekatnya kegelapan. Meski itu bukan mataku sendiri. Aku ingin tau lebih. Dari yang seharusnya aku ketahui. Aku menginginkan kejelasan atas kebenaran. Kebenaran yang sebenar - benarnya, tapi memang ini bukanlah keadaannya.
Di dunia yang gelap ini. Aku ingin melihat. Jelas terus terbayang masa lalu. Masa saat pemikiran masih begitu dangkal dan dipengaruhi keinginan - keinginan. Saat kelemahan menguasai hati hingga saat ini, tapi masih bisa bertahan. Hanya saja untuk melihat jelas ke depan sangatlah sulit. Terlalu banyak kemungkinan yang tak pernah bisa di pastikan. Seperti sendirian diantara kegelapan.
Tapi masa depan tak bisa dilihat atau diintip. Masa depan akan ditunjukkan dari cerminan masa lalu. Penglihatan takdir itu tidak pernah ada.
Takdir ditentukan oleh perbuatan. Dari itu...
Saat malam pekat... saat aku tak bisa melihat
Yang teringat... hanyalah perbuatan. Apakah itu cukup untuk menggoreskan takdir. Takdir yang dalam penilaianku cukup baik.
Aku... hanya ingin melihat di kala terang maupun gelap.

Rabu, 30 Maret 2016

Kenyataan dalam tulisan dan mimpi - bagian 2

Setelah tulisan - tulisanku yang menjadi nyata...
Itu ternyata berlaku juga pada mimpiku.
Mimpi saat aku tidur dan tak menyadari apa apa.
Apakah kamu mengingat mimpimu semalam... atau malam malam sebelumnya??
Aku ingat.
Seperti diriku sendiri yang melewati hari.
Tiap langkah dan semuanya. Meski semua yang aku lakukan di dalam mimpi sungguh tak masuk diakal, tak pernah terfikirkan. Namun, aku masih tak bisa membedakan itu kenyataan atau bukan.
Rasa ingin tauku dalam mengarungi mimpi... jauh lebih besar daripada mengetahui apakah itu sebuah fakta.
Hingga aku tetap dalam dunia itu hingga suara suara lembut terdengar membangunkanku.
Mimpi yang bukan seperti mimpi yang biasanya... adalah untuk pembatalan. Tapi mimpiku yang sebenarnya, mimpi disaat aku tidur... memberiku sedikit peringatan untukku.
Saat aku berkeliaran dalam dunia yang tak aku sadari, aku hanya bisa merasakan dengan jiwaku.
Seperti bagian dari diriku sendiri... berwujud diriku.... diriku yang lain, tapi itu tetaplah aku. Diriku yang mengarungi dunia penuh misteri. Diriku yang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang luar biasa... dengan cara menggali jauh kedalam jiwa. Dan diriku itu lah yang berbicara, mengajarkan aku secara langsung tentang apa yang telah diriku itu lakukan.
Aku yakin bahwa semua itu ada sebabnya...
Inti yang sebenarnya adalah.... aku. Hidup didalam kenyataan yang memiliki waktu begitu cepat. Entah aku tau atau tidak tentang apa yang harus aku lakukan. Aku tak boleh memendam sebuah penyesalan.

Selasa, 15 Maret 2016

Sekarat

Bukan raga tapi jiwa...
Membuat obat
Menemukan formula yang paling tepat.
Agar tak menjadi racun.

Terlalu banyak hal yang aku lakukan dalam hidup. Benarkah? Mungkin saja tidak!!
Aku hidup dengan apa yang aku punya.
Tapi... bisakah aku hidup dengan apa yang aku inginkan.

Hanya saja... aku masih dalam belenggu yang menyiksa.

Aku sekarat...
Tak tau sampai kapan aku mampu bertahan melawan waktu. Senjata dan perisai telah hilang dariku. Aku kira akan segera mendapat pengganti atas yang aku beri.
Tapi tak kunjung aku dapatkan.
Hingga aku takut...
Karena aku tak bisa apa apa untuk bertahan sedikit lebih lama.

Tolonglah aku....
Dari penderitaan semu ini.
Sakit yang tak terasa... luka yang tak terlihat
Bisakah kamu memberikanku...
Obatnya...

Tapi.....
Aku tau satu hal....
Satu yang membuatku sekarat adalah diriku sendiri
Yang membuatku sakit adalah aku, tak ada yang lain. Karena haya aku... aku lah yang berbuat salah. Aku juga yang merusak semua.
Karena hanya ada aku... aku sendiri lah yang membuat obatnya.

Semua yang aku lakukan adalah penyembuh dari luka yang aku buat sendiri. Memang terkadang aku menambah dalam dari goresan itu... setelah sadar, memang luka itu mengering. Tapi luka itu meninggalkan bekas. Bekas yang aku pun tak tau apakah itu akan hilang.
Waktupun mungkin tak bisa menghilangkan bekas ini. Tapi.... apakah bisa itu hilang?

Aku tak bisa berbuat apa apa. Masih ditempat yang sama. Bagaimana aku bisa menemukan penyembuh yang tepat. Aku tak pernah akan bisa menyalahan siapa siapa. Ya.. mana mungkin aku menyalahkan orang itu.

Sekaratku... adalah misteri. Apakah itu mwnunjukkan kelemahanku... atau efek dari kekuatanku. Sekaratku... membuatku ketakutan... takut. Aki tak pernah tenang.
Sekaratku seperti dosa.

Sakit itu ada pada diriku. Aku yang menanggung luka membekas... merasa sekarat di jiwa.
Aku butuh obat penghilang rasa sakit. Sayangnya yang ada padaku hanya itu.... meredakan sedikit rasa sakitku.
Penyembuhnya ada pada orang lain. Seseorang yan masih belum aku ketahui itu siapa. Sedang aku sudah sangat membutuhkannya. Obat ku... penyembuhku...

Sabtu, 12 Maret 2016

Burung dalam sangkar

Bagai burung dalam sangkar... hanya bisa melihat dunia dibalik jeruji.
Ada kalanya senang... namun ada kalanya merasa susah
Hidup terjamin?yang benar saja!
Itu belum tentu membuat bahagia??
Bagaimana bisa sepenuhnya bebas jika masih terperangkap?
Bagaimana bahagia jika tak bebas?

Melepas seekor ular... namun mengikat ekornya... 
Meski takdir memang selalu tertulis bahwa dialah pemangsa burung...
Tapi bukankah takdir bisa berubah. Seharusnya... jangan pernah takut pada takdir yang belum benar - benar diketahui.
Aku bukanlah pengecut!!
Tapi... patutkah aku menyalahkan yang merantai diri ini?

Hanya ketakutan pada pemangsa yang menjadi rantai pengekang.

Setiap manusia ingin bebas.... seperti aku...
Bagai burung merentangkan sayap dan melihat ke atas langit biru. Menjelajah dengan cepat tanpa rintangan.
Mungkin tak ada apa apa di alngit sana kecuali awan. Bahkan bila menginginan ketinggian yang lebih tinggi, membekukan, tekanan tinggi, sampai tak bisa bernafas.
Setidaknya pernah mengecap langit.

Namun kebebasan bukanlah seperti itu. Kebebasan yang sebenarnya. Kebebasan yang ada pada manusia, bukan terletak pada sayap. Tentu, karena manusia tak punya sayap untuk terbang. Lebih dari itu. Manusia memiliki tangan untuk menggenggam... dan semangat... untuk berjuang....
Kebebasan manusia terletak pada keinginan dan hasrat.

Aku manusa yang berkeinginan... tapi apa daya.. aku tak punya kekuatan untuk meraihnya. Perasaan yang mengharapkan kebebasan... membuatku semakin lemah.

Tak taukah, bahwa sebenarnya sejauh apapun angin membawaku... aku akan tetap kembali.
Bukankah itu cukup!! Kurasa apapun yang aku perbuat... tak akan pernah cukup untuk membuktikan.

Bebas yang aku ketahui adalah tak melanggar kebebasan orang lain. Begitu banyak yang menginginkan kebebasan mengarungi angkasa. Lalu bagaimana bisa semua mendapatkannya? Untuk itulah dibuat batasan. Aturan untuk berbagi dalam mencintai dunia.

Burung yang mengetahui batasan... akankah dia lepas dan bebas!!

Dan pada akhirnya.... apa orang itu akan membiarkanku... lepas... lepas untuk berkelana ke luar. Menjelajah dunia dan merasakan kerasnya untuk bertahan hidup.

Atau...

Setidaknya... membiarkan aku berpindah ke sarang baru....

Aku benar - benar ingin melihat dunia... melintasi angkasa... dengan sayap yang selalu aku dambakan akan terkembang

Akankah suatu saat nanti...

Aku bisa sedih juga

Aku adalah manusia yang emosional. Mudah meluapkan seluruh emosiku...
Emosi... tak hanya ada marah saja menurutku
Akan selalu ada cinta, kasih, sedih, bahagia, resah, bingung, senang ...
Bahkan untuk orang yang tak menunjukkan di wajahnya, mereka tetap memiliki emosi. Kecuali jika hatinya telah terenggut.
Mereka hanyalah menyembunyikan perasaanya. Karena alasan tertentu, mereka melakukannya.
Mereka... termasuk aku yang sering menyembunyikan emosi
Terutama ... emosi sedih.
Aku terlalu sombong untuk mengakui kelemahanku dengan kesedihan. Aku tak mau menunjukkannya pada orang lain. Apakah aku manusia yang arogan??
Setiap manusia punya kelemahan. Dan inilah salah satu kelemahanku.
Aku selalu menunjukkan keceriaan, kegembiraan tanpa rasa tertekan. Bukankah semua orang sudah banyak pikiran. Aku juga tak mau membebani orang lain. Jadi akan selalu aku tunjukkan kebahagiaan. Setidaknya dengan tertawa dan tersenyum bisa aku berikan pada semua orang.
Aku juga punya batasan. Aku bisa sedih juga. Terkadang mereka melihat itu. Tapi mereka lupa bahwa sedihku sudah terlalu dalam hingga tak terbendung. Ya aku yakin mereka menyadarinya, meskipun selalu aku tutupi. Dan... aku tak bisa menahannya saat mendengar suara malam... suara dentingan penanda waktu... suara hati ku yang ngelantur...
Kesedihanku meluap.
Aku tak pernah sadar bahwa dinding kelemahanku telah runtuh. Sejak kapan aku juga tak tau... apakah saat aku terlalu banyak waktu dalam kesendirian.
Dan malam itu... aku...
Ini bukan salah takdir. Bukan juga karena aku tak mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi karena mereka tak pernah benar - benar percaya denganku.
Aku ingin ada seseorang yang percaya denganku.
Aku bisa mati karena frustasi. Tapi aku tak boleh mati dulu. Aku masih ingin hidup. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan untuk diriku dan orang lain. Aku tau takdirku ... dengan menerima emosi dari semua orang aku bisa meringankan hati mereka, dengan sedikit canda dan senyuman.
Aku akan ingat tentang mereka yang melihatku. Akankah ada seseorang yang benar - benar melihatku? Saat aku menunjukkan kebenaran emosiku... perasaanku...

Rabu, 09 Maret 2016

Yang orang bilang sebagai gerhana

Sudah terlambat kah??
Setelah sekian lama waktu berlalu... barulah menyadari bahwa setiap detik telah terlewati dengan begitu cepat.
Di suatu masa saat matahari akhirnya bisa bertemu dengan rembulannya.
Ketahuilah bahwa langit begitu luas. Jauh lebih luas dari yang bisa kita lihat dari dunia. Dan tanpa kita ketahui... matahari bulan dan bintang, yang tersebar di seluruh galaksi, telah terkait. Meski terpisah dalam penglihatan tapi cahaya adalah ikatan dalam masa yang hampa.
Rembulan begitu bercahaya... bulan yang penuh dengan pesona. Dari temaramnya cahaya mampu menghangatkan jiwa di malam yang dingin.
Matahari begitu ceria waktu demi waktu saat bertemu rembulan. Meski ada sedikit keraguan waktu itu.... inilah kisah bagaimana matahari menemukan kembali cahayanya.
Sang rembulan.... menunjukkan dirinya disaat itulah melihat matahari yang sebenarnya. Mengetahui cahaya sang matahari, membuat bulan sangat ingin tau lebih.
Matahari begitu panas, hingga tak ada yang mampu dekat dengannya. Dengan pasrah membara mataharipun tak bisa mendekati siapapun. Namun, bulan selalu menemukan cara untuk bisa menatap matahari dan melihat cahayanya.
Matahari dengan cahayanya yang hangat dan berani... sedangkan bulan yang lembut dan damai. Saling terikat dalam cahaya di langit yang sama.
Hingga dalam pertemuan yang berpadu membuat perbedaan terlihat. Matahari berubah...
Rembulan membuat sebuah sandiwara. Menyeret matahari dengan membuat kepalsuan...
Bagai bias dua cahaya, bersama tapi tak benar - benar bersatu, siang dan malam tak bisa dibedakan. Meski bersatunya sinar itu palsu... pernah menginginkan lebih bahwa itu bukan hanya sekedar bayang fatamorgana. Menyesakkan.
Keindahan langka yang tak bisa desentuh atau sekedar dilihat mata. Menyedihkan bukan??
Sayangnya satu kesalahan matahari pada bulan. Dia telah menunjukkan kelemahan palsu. Matahari berpura - pura lemah dihadapan bulan untuk menunjukkan sedikit kelebihannya. Walaupun kelemahan palsu itu tak pernah benar benar diketahui rembulan. Hingga kebohongan yang terkuak itu sebenarnya adalah kebohongan... membuat rembulan dan matahari tak seperti sebelumnya.  Membuat jarak diantara mereka semakin jauh dan jauh.
Meski mereka bisa melihat satu sama lain dalam kejauhan, matahari tak pernah tau apa yang dia pikirkan dan yang rembulan pikirkan. Hingga dalam sebuah periode yang tak terelakkan... mereka kembali dipertemukan.
Apakah itu sebuah takdir bahwa perbedaan dapat dipersatukan.... tak ada yang tau...
Bulan dengan kelembutannya telah menyentuh bagian inti matahari. Bulan telah melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk jengkal demi jengkal mendekat.
Tapi lagi lagi kesalahan matahari yang paling buruk dari yang buruk, paling bodoh dari semua yang pernah matahari lakukan...
Matahari memendam keegoisannya. Matahari selalu dan akan selalu menumpuk sisi arogan dalam tahta yang disebut kebanggaan. Dan apa yang diperoleh.... hanyalah kepalsuan.
Matahari melempar ketulusan cahaya bulan. Cahaya yang sebenarnya adalah pantulan dari matahari itu sendiri.
Hingga malam menjadi sunyi bahkan semakin sunyi. Dingin yang menusuk. Dingin yang tak pernah dirasakan oleh matahari sebelumnya...
Dan masa berlalu...
Hingga matahari tak pernah lagi melihat secara langsung sinar temaram rembulan yang begitu lembut dan menenangkan, seperti sebelumnya.
Dan tanpa cahaya itulah... matahari merasakan ada sesuatu yang hilang. Matahari merasakan sesuatu perasaan sesak yang mendalam....
Sialnya.... setelah kehilangan itu dan melihat kembali masa yang telah hilang, matahari baru menyadari satu hal yang terpenting
Bahwa hanya rembulanlah yang selama ini begitu sungguh sungguh... berani terbakar untuk mendekati matahari yang masih selalu saja bersikap bodoh.
Meskipun ada ribuan bintang yang bersinar di langit yang sama, bulan mau memilih matahari untuk berbagi sedikit cahayanya. Apa alasannya.... hanya satu.
Hingga sekarang...
Matahari akan menyimpan sesak, kesedihan, marah, rindu, dan segenap perasaannya dalam kesendiriannya yang telah diwujudkan dalam semangat api membara. Dia... sang matahari yang terbakar...
Selalu... dan... selalu... manantikan bertemu kembali dengan bulan... dalam ikatan takdir....

Jumat, 04 Maret 2016

Membaca hati : telepati

Apa bisa mengerti tanpa bicara??
Jika paham, tanpa mendengarkan... bukankah itu aneh?
Bagaimana bisa mengetahui isi perasaan seseorang hanya dengan merasakan saja?
Itu tak mungkin!
Tapi bukannya mustahil!!
Hanya saja itu tak bekerja untukku.
Meskipun aku bisa menyadarinya... tapi tanpa mendengarnya secara langsung, belum cukup untukku.

Aku bisa lihat dari mata seseorang meski dia tak bicara. Aku tau apa yang dipikirkan saat itu.
Tapi... aku bisa salah
Sering... aku salah
Salah membaca isi hati seseorang.

Aku pernah buta perasaan di saat yang seharusnya aku tau. Hingga niat buruk seseorang tak terlihat untukku. Sedangkan suatu waktu, aku tak merasakan ketulusan dan kebaikan hati.

Seharusnya aku menyadari semuanya. Setidaknya aku harus mempelajari segalanya dari kesalahannku.

Sayangnya apa yang aku tau itu... benar benar tak aku ketahui. Siapa didunia ini yang mampu mengukur dalamnya hati manusia.

Aku tau aku tak bisa tau pemikiran manusia hanya dari melihat tatapannya. Tapi kenapa sebagian orang harus mengerti. Bahkan tanpa bicara. Membuatku frustasi... saat mengerti isi hati seseorang meski tanpa bicara... tapi seakan tak mengerti. Tau tapi tak tau.

Tapi aku punya rasa.
Aku tau sedikit saja apa yang orang pikirkan. Ini bukan sekedar permainan perasaan. Menerkanerka apa yang ada. Tidak ada disini yang ingin bermain - main dengan hal itu.
Mengetahui dari gerak, gestur, dan tatapan...

Apakah ada koneksi antara hati dengan hati? Apakah itu benar - benar ada?? Ikatan yang tak terlihat?
Tapi aku tak tau bagaimana hati yang saling bicara. Meski jarak terpisah atau hanya sejengkal jauhnya. Akan selalu bisa merasakan. Apa itu yang disebut sebagai telepati? Ikatan hati untuk mampu saling mengerti?

Untuk memahami tanpa saling curiga, menerka nerka hingga akhirnya hanyalah salah paham...
Tak ada cara lain selain bicara. Bicara secara langsung... tanpa ada penghalang... hingga muncul kepercayaan...
Dan pemikiran yang sebenarnya pun dapat diketahui.

Apa itu hanya rekaan pikiranku saja. Untuk membaca hati
Karena sebenarnya... aku tak bisa membaca hati.

Jadi tolonglah aku... berikan aku tanda... agar aku mengerti...
Apa yang seharusnya aku ketahui...

Selasa, 01 Maret 2016

Memulai kebohonganku

Aku tak ingin membohongi diriku sendiri ...

aku bohong jika aku pernah berkata aku tak perbah berbohong.
Tapi aku bukanlah pembual.

Ah... aku tak tau awal mulanya. Aku hanya menyadari itu terjadi begitu saja.

Aku ingat... aku inga semua kebohongan yang pernah aku lakukan. Itu kesalaha besar bagiku.
Karena prinsipku yang selama ini aku banggakan semakin tersayat.
Melukai harga diri ini dengan tipuan pada orang orang.

Bohong!!
Jika sebuah kebohongan mampu meningkatkan nilai sebuah keadaan.
Bohong hanya akan menghancurkan kehormatan diri.
Bohong itu hanya akan meruntuhkan tahta.

Awalnya adalah kebohongan kecil yang aku anggap sebagai jalan tercepat menyelesaikan masalah. Tapi untuk beberapa hal... itu semua tak bekerja. Mempercayai bahwa itu adalah untuk kebenaran... adalah kesalahan. Tak pernah ada kebenaran yang berasal dari kebohongan.
Semua berakhir dengan sebuah hal buruk. Kebohongan dilanjutkan dengan kebohongan lainnya yang lebih besar. Lagi dan lagi. Hingga tak lagi terkendali.
Menyesatkan.
Semua berakhir dengan runtuhnya kebohongan besar bersamaan degan rusaknya seluruh harga diri.

Aku berbohong... tapi aku bukan penghianat. Aku tak akan meninggalkan mereka dengan kebohonganku. Aku tak akan menyerang lawan dari belakang... Aku hanya akan memberi sedikit pelajaran... balasan... atas sakit yang aku terima. Menyerang jika diserang. Bukankah itu pantas aku lakukan.

Aku tau... luka yang aku peroleh ini adalah karena kebohonganku pada diriku sendiri. Kebohonganku adalah untuk melindungi. Memang terkadang kebohongan menyelamatkanku dari kesalahan fatal. Tapi kebohongan lebih banyak memberi kepedihan.

Aku merasa bodoh... karena mempercayai kebohongan. Meski kebohongan itu adalah jalan terakhir untukku melarilan diri. Untuk beberapa hal aku memang masih lemah dalam. Karena aku belum cukup kuat... kebohongan adalah perisai terakhirku. Itulah kenapa aku bisa sangat egois... mementingkan diriku sendiri... dan lari.

Tak salah bila orang bilang... Aku pembohong... itu benar! Tapi aku bukan pendendam...
Memang aku pemarah... meledak ledak dan bicara dengan sangat keras. Tapi kadang aku diam. Kadang aku menyimpan marahku.
Hanya saja... aku tak bisa mendendam. Meski terkadang lama, mafku datang seiring waktu yang menyembuhkan. Karena jika dendam itu ada... aku tak akan mungkin merasa sakit juga saat mereka mendapat karma... balasan karena menyakiti.
Aku tak akan berbohong untuk menyakiti. Aku tak akan bohong untuk balaskan dendam.

Yang bisa aku lakukan hanyalah lari dan lari... dengan semua kebohongan yang aku lakukan.
Rasanya sangat menyedihkan.

Kamu yang menunjukkan dunia

Tuan muda shiro dan tunangannya, nona rinko. Mereka pasangan yang belum pernah bertemu. Tuan muda shiro harus menikah agar mendapatkan tahtanya sebagai pewaris keluarga dan pimpinan sebuah wilayah. Rinko dari negeri yang jauh datang beberapa hari sebelum mereka menikah. Dalam beberapa hari saja, terlihat bahwa shiro terkesan pada rinko yang baik, berani, dan mengagumkan. Sepertinya shiro telah jatuh hati pada rinko.
Namun... sebelum mereka berdua menikah. Ternyata pasangan shiro itu adalah rinko yang palsu. Setelah rinko yang asli datang ke kediaman shiro. Sebelumnya rinko palsu menginginkan pembatalan pernikahan agar shiro menikah dengan orang yang dicintainya. Tapi itu urung terjadi, kedoknya terbongkar oleh rinko yang asli
Rinko yang palsu... mengaku ... karena ada alasan dibalik penipuan yang dia lakukan. Namun sebelum menjelaskan, rinko keburu dijebloskan ke dalam penjara.
Namun dimalam sebelum shiro menikah...
Shiro memikirkan tentang dirinya dan perasaannya. Shiro ingat perkataan rinko palsu bahwa agar shiro menikah dengan seseorang yang dicintainya. Shiro meminta maaf dan pergi. Dia membebaskan rinko yang ada di dalam penjara... dan melarikan diri. Rupanya sejak saat itu rinko yang asli sangat marah... rinko dan keluarga shiro menjadikan mereka sebagai buronan.
Dalam pelariannya... shiro menemukan bahagia. Dan mereka pergi ke rumah rinko...  shiro tau bahwa dia adalah miya. Dan miya adalah pewaris sah dari keluarganya shiro....
Setelah tau cerita masa lalu miya, maka mereka kembali ke kediaman shiro...
Sebelum semua terlanjur. Shiro menjelaskan bahwa dia dan keluarganya yang tak berhak sebagai pewaris... karena miya adalah pewaris tunggal yang sah. Kemudian miya dalam upacara untuk pelantikan dirinya sebagai pemimpin wilayah.
Shiro
Dijadikan sebagai pewaris. Dipaksa menikah agar mendapatkan kekuasaan juga di wilayah lain. Dia terlihat pendiam. Merasa tak memiliki kemampuan cukup, meski sebenarnya shiro sangat hebat.
Rinko/miya
Seorang gadis yang terlihat tangguh, tapi sikapnya sangat baik, terutama pada anak anak. Dia suka tersenyum.
Rinko
Seorang wanita terhormat dan memiliki perilaku seorang putri. Cantik, tapi pemarah.