Rabu, 09 Maret 2016

Yang orang bilang sebagai gerhana

Sudah terlambat kah??
Setelah sekian lama waktu berlalu... barulah menyadari bahwa setiap detik telah terlewati dengan begitu cepat.
Di suatu masa saat matahari akhirnya bisa bertemu dengan rembulannya.
Ketahuilah bahwa langit begitu luas. Jauh lebih luas dari yang bisa kita lihat dari dunia. Dan tanpa kita ketahui... matahari bulan dan bintang, yang tersebar di seluruh galaksi, telah terkait. Meski terpisah dalam penglihatan tapi cahaya adalah ikatan dalam masa yang hampa.
Rembulan begitu bercahaya... bulan yang penuh dengan pesona. Dari temaramnya cahaya mampu menghangatkan jiwa di malam yang dingin.
Matahari begitu ceria waktu demi waktu saat bertemu rembulan. Meski ada sedikit keraguan waktu itu.... inilah kisah bagaimana matahari menemukan kembali cahayanya.
Sang rembulan.... menunjukkan dirinya disaat itulah melihat matahari yang sebenarnya. Mengetahui cahaya sang matahari, membuat bulan sangat ingin tau lebih.
Matahari begitu panas, hingga tak ada yang mampu dekat dengannya. Dengan pasrah membara mataharipun tak bisa mendekati siapapun. Namun, bulan selalu menemukan cara untuk bisa menatap matahari dan melihat cahayanya.
Matahari dengan cahayanya yang hangat dan berani... sedangkan bulan yang lembut dan damai. Saling terikat dalam cahaya di langit yang sama.
Hingga dalam pertemuan yang berpadu membuat perbedaan terlihat. Matahari berubah...
Rembulan membuat sebuah sandiwara. Menyeret matahari dengan membuat kepalsuan...
Bagai bias dua cahaya, bersama tapi tak benar - benar bersatu, siang dan malam tak bisa dibedakan. Meski bersatunya sinar itu palsu... pernah menginginkan lebih bahwa itu bukan hanya sekedar bayang fatamorgana. Menyesakkan.
Keindahan langka yang tak bisa desentuh atau sekedar dilihat mata. Menyedihkan bukan??
Sayangnya satu kesalahan matahari pada bulan. Dia telah menunjukkan kelemahan palsu. Matahari berpura - pura lemah dihadapan bulan untuk menunjukkan sedikit kelebihannya. Walaupun kelemahan palsu itu tak pernah benar benar diketahui rembulan. Hingga kebohongan yang terkuak itu sebenarnya adalah kebohongan... membuat rembulan dan matahari tak seperti sebelumnya.  Membuat jarak diantara mereka semakin jauh dan jauh.
Meski mereka bisa melihat satu sama lain dalam kejauhan, matahari tak pernah tau apa yang dia pikirkan dan yang rembulan pikirkan. Hingga dalam sebuah periode yang tak terelakkan... mereka kembali dipertemukan.
Apakah itu sebuah takdir bahwa perbedaan dapat dipersatukan.... tak ada yang tau...
Bulan dengan kelembutannya telah menyentuh bagian inti matahari. Bulan telah melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk jengkal demi jengkal mendekat.
Tapi lagi lagi kesalahan matahari yang paling buruk dari yang buruk, paling bodoh dari semua yang pernah matahari lakukan...
Matahari memendam keegoisannya. Matahari selalu dan akan selalu menumpuk sisi arogan dalam tahta yang disebut kebanggaan. Dan apa yang diperoleh.... hanyalah kepalsuan.
Matahari melempar ketulusan cahaya bulan. Cahaya yang sebenarnya adalah pantulan dari matahari itu sendiri.
Hingga malam menjadi sunyi bahkan semakin sunyi. Dingin yang menusuk. Dingin yang tak pernah dirasakan oleh matahari sebelumnya...
Dan masa berlalu...
Hingga matahari tak pernah lagi melihat secara langsung sinar temaram rembulan yang begitu lembut dan menenangkan, seperti sebelumnya.
Dan tanpa cahaya itulah... matahari merasakan ada sesuatu yang hilang. Matahari merasakan sesuatu perasaan sesak yang mendalam....
Sialnya.... setelah kehilangan itu dan melihat kembali masa yang telah hilang, matahari baru menyadari satu hal yang terpenting
Bahwa hanya rembulanlah yang selama ini begitu sungguh sungguh... berani terbakar untuk mendekati matahari yang masih selalu saja bersikap bodoh.
Meskipun ada ribuan bintang yang bersinar di langit yang sama, bulan mau memilih matahari untuk berbagi sedikit cahayanya. Apa alasannya.... hanya satu.
Hingga sekarang...
Matahari akan menyimpan sesak, kesedihan, marah, rindu, dan segenap perasaannya dalam kesendiriannya yang telah diwujudkan dalam semangat api membara. Dia... sang matahari yang terbakar...
Selalu... dan... selalu... manantikan bertemu kembali dengan bulan... dalam ikatan takdir....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar