Senin, 11 Januari 2016

Membunuh secara perlahan

Ada jauh di dalam diri setiap manusia yang berjiwa tentang semuanya. Semua yang bercampur aduk dalam bentuk tak beraturan. Semuanya..... segala perasaan yang pernah dialami manusia.
Perasaan aneh menuju kematian... mati sebelum mati. Kematian jiwa akan hasrat sebelum matinya raga... dan kematian lain... yang paling menyiksa
Pemikiran sendiri yang menggumpal.... menjadikannya gelora dalam diri. Badai yang seakan tak akan pernah ada habisnya. Bergemuruh jauh di dalam.
Membuat gejolak yang menyakitkan.
Tak pernah mengharapkan sesuatu yang seperti itu.
Perasaan yang siksaannya menggerogoti dari dalam dan sedikit demi sedikit menghancurkan, merusak secara perlahan.
Kesedihan yang tak lagi diingat sebabnya. Rasa sakit yang menumpuk di kepala sampai hati. Memendam geram. Meluap dalam amarah. Menghilang bagai kabut dan meninggalkan bekas goresan yang tak akan pernah terhapus. Luka tanpa sebab yang diketahui... sedangkan perihnya tak pernah bisa terobati.
Ini bukan hanya masalah hati saja, termasuk segalanya ikut tersakiti. Hanyut dalam sebuah arus fantasi berbahaya. Dangkalnya pemikiran akan kerusakan sekitarnya dan dunia. Nurani yang telah membusuk menyebarkan aroma yang memusingkan. Kepala hingga punggung ini rasanya jadi sangat berat. Serasa tak sanggup menahan luapan emosional.
Prasangka buruk.... adalah penyebab dari kematian yang paling menyiksa. Perlahan merusak pikiran. Lalu hati pun keras membatu. Tak ada yang dilihat selain perbuatan menyakiti orang orang, meski mereka sadar atau tidak. Perasaan yang tak sanggup menerima kenyataan yang diberikan dunia. Hingga tubuh menolak segalanya karena menganggap dunia tak lagi berpihak. Dan puncaknya... kematian jiwa kerena ledakan kekecewaan.
Menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar