Senin, 16 November 2015

Melarikan diri

Sampai sekarang aku masih mengingatnya. Sesuatu yang menjadi peringatan bagiku selamanya.

Aku selalu melarikan diri... melarikan diri dari kenyataan yang bisa saja tak terjadi.
Tentang pertemuan dan perpisahan.
Hanya satu yang aku tau bahwa aku pernah melarikan diri dari sesuatu yang membuatku menyesal.

Aku pernah bicara tentang hal buruk yang dilakukan sahabatku sendiri dibelakangnya. Itu membuatku seakan manusia yang tak ingat dosa sendiri.

Dan suatu waktu aku tak bisa mengelak bahwa akupun juga melakukan hal yang buruk. Aku tak bisa berfikir lagi... seperti otakku tertinggal di rumah. Seperti telinga ini mendengar rayuan manis dari dewa iblis.  Seperti... kaki yang menapak di bumi tak kuasa melawan gravitasi. Bagai kiasan yang tak terelakkan.

Meskipun yang kulakukan juga dilakukan oleh orang - orang... bahkan orang - orang itu telah terlalu dalam tenggelam...  tapi...
Ini bukan tentang orang - orang itu. Aku tak mau berbicara tentang orang lain. Hanya ada aku.

Bukankah aku punya pilihan? Jadi aku memilih untuk kembali ke daratan. Aku memilih untuk tak tenggelam. Aku melarikan diri dari semua kesalahan itu.

Meskipun itu sudah terjadi... aku tak bisa membiarkannya terlanjur jauh.
Aku punya pilihan bahkan jika harus melarikan diri.
Melarikan diri itu pun salah... tapi tetap berada dalam lingkaran kesalahan itu jauh lebih fatal akibatnya.

Rasanya menyesal... tapi aku tak menyesali apapun yang telah terjadi. Biarlah itu menjadi ingatan yang semakin lama semakin terlupakan dan meninggalkan pelajaran hidup yang berharga.

Tapi ada satu tanda... satu tanda yang tersisa yang akan selalu mengingatkanku tentang keburukan ini.  Tentang sahabatku dan dia... yang tak lagi ku ingat seperti suaranya... sentuhannya... wajahnya... dan namanya ...
Tanda yang akan mengingatkanku sampai nanti.... bahwa terkadang aku harus melarikan diri.

Melarikan diri ... inilah kejujuranku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar